Heboh Kursi Kosong Hingga Kertas Minta Tolong, Najwa Shihab Sempat Ungkap Tawaran Jadi Menteri
Najwa Shihab belakangan kembali ramai di jagat maya. Usai heboh wawancara kursi kosong, lalu kertas minta tolong, lalu pengakuannya ditawari jabatan.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Najwa Shihab belakangan kembali ramai di jagat maya. Usai heboh wawancara kursi kosong, lalu kertas minta tolong, lalu muncul pengakuannya soal ditawari jadi menteri.
Pengakuannya soal tawaran jadi menteri ini terungkap dalam obrolannya dengan Putri Tanjung, anak Chairil Tanjung.
Najwa dan Putri ngobrol tentang bagaimana menjadi anak dari tokoh yang memiliki pengaruh besar di Indonesia.
Najwa juga membagikan cerita untuk #generasimikir mengenai kisahnya menjadi seseorang yang selalu "speak up" serta independen, dan yang paling seru Najwa & Putri bertukar cerita cinta satu sama lain.
Berikut Tribunnews.com ini rangkumannya.
Baca: Najwa Shihab Dipolisikan soal Wawancara Kursi Kosong, Jerome Polin hingga Merry Riana Beri Dukungan
Baca: Mata Najwa Bukan yang Pertama, Inilah 4 Talkshow yang Mewawancarai Kursi Kosong
Ramai TikTok Kertas Minta Tolong
Ramai video TikTok menunjukkan Najwa Shihab meminta tolong saat memandu tayangan "Mata Najwa" Rabu (7/10/2020) lalu.
Kini misteri tulisan itu terjawab.
VIdeo tersebut memperlihatkan Najwa memegang kertas yang menjadi bahan materinya melakukan tanya jawab soal UU Cipta Kerja.
Di bagian belakang banyak netizen yang menangkap sebuah pesan bertuliskan 'Tolong saya'.
Terkait hal tersebur dalam sosial media Instagramnya, Najwa merespon.
Ia mengaku mendapat banyak pesan baik di Instagram maupun di Twitter.
Baca: Terjawab, Misteri Tulisan Tolong Saya di Kertas yang Dibawanya, Najwa Shihab: Bukan Saya yang Tulis
Baca: Najwa Shihab Bersikap Tegas Saat Wawancara, Bagaimana Perlakuan Pada Sang Suami?
"Banyak banget yang kirim pesan soal Mata Najwa episode Mereka-reka Cipta Kerja Rabu lalu."
"Debat substansi sampai komentar mic mati. Terima kasih banyak teman-teman yang udah nonton," tulis Najwa Shihab dalam Instagramnya, dikutip Tribunnews.com, Sabtu (10/10/2020).
"Dan ternyata ada juga yang sempat ramai, soal kertas dan coretan-coretan yang saya bawa saat LIVE malam iyu."
"Saya dapat banyak banget DM, mention-an di Twitter juga kiriman TikTok soal ini," lanjut Najwa.
Ia mengabarkan bahwa saat ini kondisinya baik-baik saja.
Sebab warganet begitu takut sesuatu terjadi padanya.
"Terima kasih banyak perhatiannya adek-adek. Alhamdulilkah i’m okay."
"I hope semua juga sehat-sehat dan terus peduli sama isu-isu penting negeri ini. Terus belajar, terbuka berdiskusi dan berani ambil sikap," ujar Najwa Shihab.
Najwa menjelaskan bahwa ia bahkan tak sadar sama sekali dalam kertasnya terdapat coretan seperti itu.
Ia mengaku bukan dirinya lah yang menulis itu, ia mengatakan saat itu menggunakan kertas bekas untuk print bahan pertanyaan malam itu.
"Jadi. Once again. All is well. Saya malah gak ngeh kalau ada coret-coretan di kertas itu sampai jadi rame di medsos. Bukan saya yang tulis," tegas Najwa.
"Itu kertas bekas yang saya pakai untuk print bahan-bahan draft RUU cipta kerja."
Baca: Sindir Kasus Najwa Shihab, Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Dialog dengan Kursi Kosong, Videonya Viral
Baca: Haris Azhar & Ketua Baleg Ribut Soal UU Cipta Kerja, Najwa Sindir Puan: Saya Gak Akan Matikan Mic
"Thankyou so much untuk semua perhatiannya," bebernya.
Warganet merasa khawatir sesuatu terjadi pada Najwa Shihab karena ia beberapa kali menyinggung pemerintahan.
Khususnya saat UU Omnibus Law Cipta Kerja sudah disahkan.
Kabar Laporan Wawancara Kursi Kosong
Kasus wawancara Najwa Shihab dengan kursi kosong karena ketidakhadiran Menkes Terawan Agus Putranto yang berujung pelaporan Relawan Jokowi Bersatu ke polisi masih berbuntut panjang.
Melalui akun Instagram resminya, Najwa Shihab mengaku siap untuk diperiksa oleh polisi.
"Jika memang ada keperluan pemeriksaan, tentu saya siap memberikan keterangan di institusi resmi yang mempunyai kewenangan untuk itu," terang Najwa Shihab dilansir TribunJakarta pada Selasa (6/10).
Najwa mengaku baru mengetahui dirinya dilaporkan ke polisi setelah ada pemberitaan dari awak media.
Lebih lanjut, Najwa Shihab menyatakan belum persis mengetahui dasar pelaporan hingga pasal yang dituduhkan terhadapnya.
Meski demikian, putra Quraish Shihab ini menjelaskan alasannya menayangkan sesi wawancara kursi kosong yang seharusnya diisi oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
"Tayangan kursi kosong diniatkan mengundang pejabat publik menjelaskan kebijakan-kebijakannya terkait penanganan pandemi," aku Najwa Shihab.
Menurut Najwa, penjelasan itu tak harus disampaikan di Mata Najwa, melainkan bisa dimanapun. Meski demikian, saat kasus Covid-19 kian meningkat, Terawan justru menghilang dari peredaran.
Terlebih, dari waktu ke waktu, makin banyak pihak yang bertanya ihwal kehadiran dan proporsi Menteri Kesehatan dalam penanganan pandemi.
"Faktor-faktor itulah yang mendorong saya membuat tayangan yang muncul di kanal Youtube dan media sosial Narasi."
"Media massa perlu menyediakan ruang untuk mendiskusikan dan mengawasi kebijakan-kebijakan publik.," ujarnya.
"Pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan juga berasal dari publik, baik para ahli/lembaga yang sejak awal concern dengan penanganan pandemi maupun warga biasa."
Dari Laporan Polisi ke Dewan Pers Hingga KPI
Laporan Relawan Jokowi Bersatu pada wawancara kursi kosong yang dilakukan Najwa Shihab kembali ditolak. Usai polisi, kini Dewan Pers menganggap laporan ini salah alamat.
Anggota Dewan Pers Ahmad Jauhar menilai tidak tepat apabila relawan Jokowi melaporkan jurnalis sekaligus presenter Najwa Shihab ke Dewan Pers terkait video kursi kosong di acara 'Mata Najwa' edisi 'Menanti Terawan'.
Sebab, menurut Ahmad, video tersebut masuk dalam klasifikasi talkshow dan bukan produk pemberitaan.
Hal itu ia katakan terkait pelaporan terhadap jurnalis sekaligus presenter 'Mata Najwa' Najwa Shihab oleh relawan Jokowi ke Polda Metro Jaya, Selasa (6/10/2020).
Namun laporan itu ditolak Kepolisian karena dianggap menjadi ranah Dewan Pers.
"Sebenarnya, karena itu produk talkshow, lebih tepat dibawa ke Komisi Penyiaran Indonesia. Kalau produk pemberitaan atau jurnalistik, barulah diadukan ke Dewan Pers," kata Ahmad kepada Kompas.com, Rabu (7/10/2020).
Ahmad juga menilai tidak ada pasal dalam kode etik jurnalistik (KEJ) yang dilanggar oleh Najwa.
Menurut dia, salah satu alasan tidak adanya pasal yang dilanggar oleh Najwa karena acara 'Mata Najwa' termasuk klasifikasi talkshow.
"Pasal mana dari KEJ yang dilanggar?," ujar dia.
Diberitakan, Ketua Umum Relawan Jokowi Bersatu, Silvia Dewi Soembarto hendak melaporkan jurnalis sekaligus presenter, Najwa Shihab ke Polda Metro Jaya, Selasa (6/10/2020).
Pelaporan tersebut terkait acara "Mata Najwa" edisi "Menanti Terawan". Namun, laporan tersebut ditolak Kepolisian lantaran ranah Dewan Pers.
Menurut Silvia, wawancara Najwa dengan kursi kosong itu dianggap merendahkan Presiden Joko Widodo melalui orang yang membantunya.
"Menteri Terawan adalah representatif daripada Presiden RI. Perlakuan Najwa Sihab di televisi yang ditonton 269 juta jiwa penduduk Indonesia sangat tidak mendidik," katanya.
Sikap Kritis dan Ogah Jadi Menteri
Seperti yang diketahui, presenter Najwa Shihab terkenal dengan sikapnya yang kritis dan menjadi orang paling terdepan untuk bersuara jika melihat kejanggalan yang terjadi di pemerintahan Indonesia.
Hal tersebut pun membuat Najwa Shihab sering digadang-gadang oleh banyak orang untuk menduduki jabatan pemimpin untuk memperbaiki pemerintahan di negri ini.
Hingga sekarang, Najwa Shihab mengungkapkan bahwa masih banyak yang memintanya untuk mencalonkan diri untuk duduk di kursi pemerintahan.
Pengakuan Najwa Shihab ini ditayangkan di YouTube CXO Media 20 Agustus 2020.
"Jujur ada (yang tawarin ambil kursi di pemerintahan), dan makin ke sini makin sering, dari dulu sampai sekarang tawaran-tawaran itu ada," ungkap Najwa Shihab.
Wanita berusia 43 tahun ini mengungkapkan, sudah sejak lama dirinya mendapatkan permintaan untuk terjun ke dunia politik.
"Apalagi dulu 30 persen wanita masuk politik, itu hampir semua Parpol nawarin gue jadi caleg deh."
"Dan ketika Pilkada kan Parpol dicari siapa yang populer, karena dengan populer, elektabilitasnya gampang."
"Diminta jadi calon walikota, wakil walikota, bupati, sampai daerah antah berantah pernah."
"Ada yang nawarin menteri, presiden, calon wakil presiden," ungkap Najwa Shihab.
Namun, Najwa Shihab selalu mempertimbangkan matang-matang baik atau buruknya jika dirinya terjun di lingkungan politik.
"Ketika tawaran itu muncul dari berbagai pihak, aku selalu berpikir sih."
"Jadi berpikir soal itu sering, tapi akhirnya setiap tawaran itu datang, aku berpikir lebih banyak manfaat atau modarat nih," ungkap Najwa Shihab.
Lagipula, bagi Najwa Shihab, pekerjaannya sekarang sebagai presenter dan pengusaha, banyak mendatangkan hal-hal baik.
"Di posisi sekarang, sampai terakhir sekarang, aku mikir lebih banyak manfaat di posisi sekarang."
"Narasi baru startup-nya, nggak mungkin ditinggalkan," ungkap Najwa Shihab.
Dirinya bisa menggerakkan dan memberi pengaruh besar pada masyarakat Indonesia tanpa harus menduduki jabatan di pemerintahan.
"Di posisi sekarang juga bisa bawa pengaruh banyak hal."
"Leader itu bukan di posisi atau jabatan tertentu, leader itu kan orang yang bisa menggerakkan, membawa nuansa yang sama, yang bisa menginspirasi, bukan mendikte, yang bisa ajak orang punya harapan dan tujuan yang sama, saat-saat sekarang banyak manfaatnya melakukan ini," tutup Najwa Shihab.
(Tribunnews.com/Bayu Indra Permana/Igman Ibrahim/Grid.Id)