Antisipasi Dampak La Nina di Indonesia, Jokowi: Sebarluaskan Informasi Cuaca Secepat-cepatnya
Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk bersiap mengantisipasi peningkatan curah hujan di Indonesia akibat fenomena anomali iklim La Nina.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk bersiap mengantisipasi peningkatan curah hujan di Indonesia akibat fenomena anomali iklim La Nina.
Data menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia sebesar 20 hingga 40 persen di atas normal.
"Laporan yang saya terima dari BMKG, fenomena La Nina diprediksi akan menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia akan naik 20-40 persen di atas normal," ujar Jokowi dikutip dari channel YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (14/10/2020).
Secara khusus, Mantan Wali Kota Solo ini menginstruksikan jajarannya untuk segera menghitung potensi dampak yang ditimbulkan kepada sejumlah sektor seperti pertanian, perikanan, dan perhubungan.
Baca juga: Waspadai Bencana La Nina, Hampir 30 Persen Wilayah Indonesia akan Diguyur Hujan Lebat
"Karena (peningkatan curah hujan) 20 sampai 40 persen itu bukan kenaikan yang kecil," imbuhnya.
Jokowi juga meminta agar informasi mengenai perkembangan cuaca terus disampaikan sesegera mungkin kepada seluruh provinsi.
Dengan itu, pemerintah daerah dapat secara optimal mempersiapkan langkah-langkah pencegahan untuk mengantisipasi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
"Saya minta untuk disebarluaskan informasi mengenai perkembangan cuaca secepat-cepatnya ke seluruh provinsi dan daerah sehingga tahu semuanya sebetulnya curah hujan bulanan ke depan ini akan terjadi kenaikan seperti apa," tandasnya.
Baca juga: Hujan di Atas Normal Bakal Guyur 27,5 Persen Wilayah Indonesia, BMKG Ingatkan Ancaman Duet La Nina
Penjelasan BMKG
Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi (BMKG) melaporkan, hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan anomali iklim La Nina sedang berkembang.
Indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan, suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir, dengan nilai anomali telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.
Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6°C pada bulan Agustus, dan -0.9°C pada bulan September 2020.
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Herizal M Si, menjelaskan pihaknya dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA di Amerika Serikat, BoM di Australia, dan JMA di Jepang memperkirakan La Nina dapat terus berkembang.
"Perkembangan tersebut dapat mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020, diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.
Herizal melanjutkan penjelasannya, catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normalnya.
Namun demikian, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia.
Pada bulan Oktober-November 2020, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.
"Selanjutnya pada Bulan Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua," imbuhnya.
Baca juga: Mensos Juliari Batubara Pastikan Stok Bantuan Telah Disiapkan Antisipasi Dampak La Nina
Pada Bulan Oktober ini beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki Musim Hujan, di antaranya:
- Pesisir Timur Aceh
- Sebagian Riau
- Jambi
- Sumatera Selatan
- Pulau Bangka, Lampung
- Banten
- Sebagian Jawa Barat
- Sebagian Jawa tengah
- Sebagian kecil Jawa Timur
- Sebagian Kalimantan Barat
- Sebagian Kalimantan Tengah
- Kalimantan Selatan
- Sebagian Kalimantan Timur
- Sebagian Kalimantan Utara
- Sebagian kecil Sulawesi
- Maluku Utara
- Sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.
Herizal menegaskan, peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis, seperti banjir dan tanah longsor.
Oleh karena itu, para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.
"Masyarakat dihimbau agar terus memperbaharui perkembangan informasi dari BMKG dengan memanfaatkan kanal media sosial infoBMKG, atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat," tandasnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)