Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakar Ingatkan Guru Jangan Hanya Beri Tugas: Kurikulum Kita Berbasis Kompetensi, Bukan Materi

Guru dinilai tidak tepat jika menyampaikan pelajaran kepada peserta didik selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) hanya melalui tugas. Ini kata pakar.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Pakar Ingatkan Guru Jangan Hanya Beri Tugas: Kurikulum Kita Berbasis Kompetensi, Bukan Materi
Freepik
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM - Guru dinilai tidak tepat jika menyampaikan pelajaran kepada peserta didik selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) hanya dengan melalui tugas.

Hal ini diungkapkan pakar pendidikan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Imam Sujadi.

Imam menyebut selama PJJ isi pembelajaran perlu diubah.

"Kalau siswa diberi pelajaran hanya dengan tugas-tugas, maka akan keberatan," ungkap Imam dalam program Overview Tribunnews, Kamis (15/10/2020).

Menurut Imam, penting bagi guru untuk membuat sebuah aktivitas yang bisa sekaligus menjelaskan materi pembelajaran, tak hanya tugas semata.

"Jadi kurikulum kita berbasis kompetensi, bukan berbasis materi."

"Jadi yang harus dituntut kompetensinya apa," ungkap Imam.

Imam Sujadi UNS 2
Berita Rekomendasi

Pakar pendidikan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Imam Sujadi. (ist)

Baca juga: Orang Tua Mengerjakan Tugas Sekolah Anak? Pakar: Mendidik Ketidakjujuran

Menurut Imam, kompetensi pelajaran dapat dicapai melalui aktivitas-aktivitas yang ada.

"Gunakan lingkungan seadanya, ambil contoh sederhana, misal dalam pelajaran matematika."

"Untuk mengajarkan tentang penjumlahan dan sebagainya, jangan diberi tugas mengerjakan banyak soal tentang penjumlahan."

"Tapi coba siswa diminta mengamati misalnya meteran listrik di rumah dalam satu minggu," ungkap Imam.

Imam menyebut, siswa bisa diminta untuk mengamati berapa meteran listrik di rumah per harinya.

"Kemudian jumlahkanlah berapa meter selama satu minggu," ungkap Imam.

Baca juga: Bosan PJJ Alasan Siswa SMK Ikut Demo UU Cipta Kerja, Ada yang Dibayar Rp 5.000

Ketika harus mengalikan, lanjut Imam, siswa bisa diberikan harga 1 kilowatt listrik untuk dikalikan dengan total nilai meteran selama seminggu.

"Sehingga uang yang dikeluarkan bapak ibu di rumah itu berapa bisa terlihat," ungkap Imam.

"Jadi kita tidak menuntut murid berhitung yang banyak, tapi konteks bagaimana literasi numerik dipunyai."

"Bagaimana bilangan digunakan untuk menyelesaikan masalah," ungkap Imam.

Tidak hanya sebatas menghitung biaya, Imam menyebut siswa bisa diminta untuk mengamati angka harian dalam seminggu.

"Bisa ditanyakan kapan listrik paling banyak digunakan, sehingga mungkin bisa didapatkan penyebabnya, o karena AC lupa dimatikan atau sebagainya," terang Imam.

"Guru perlu kreativitas untuk mengembangkan isi pembelajaran, pembelajaran berbasis kompetensi bukan berbasis pada materi," tandasnya.

Baca juga: Jaga Industri Telekomunikasi, Subsidi Kuota Data Harus Dipastikan Hanya untuk PJJ

Ingatkan Orang Tua untuk Ajarkan Kejujuran

Selain mengingatkan guru, Imam juga mengingatkan pentingnya mendidik nilai kejujuran.

Imam menyebut mengerjakan tugas sekolah anak selama PJJ dinilai mengajarkan nilai ketidakjujuran.

Hal itu diungkapkan pakar pendidikan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Imam Sujadi.

Imam menyebut peserta didik sebisa mungkin mengerjakan tugasnya sendiri.

"Orang tua saat ini jangan mem-back up tugas sekolah anak, pekerjaan anaknya dikerjakan oleh ibunya, ibunya yang mengumpulkan, itu mendidik tidak jujur," ungkap Imam.

Imam mengatakan anak harus diminta untuk mengerjakan sebisanya.

"Coba mereka mengerjakan sejauh mana sebisanya, andaikan tidak bisa, tugas orangtua itu mengomunikasikan kepada guru."

"Sampaikan jika anak-anak itu tidak bisa mengerjakan, supaya guru punya inovasi atau strategi lain cara membelajarkannya seperti apa," jelas Imam.

Baca juga: Nadiem Makarim Sebut di Dunia Pendidikan Semua Orang Adalah Pemangku Kepentingan dan Pakar

Menurut Imam, hal demikian sangat jarang ditemui di masa PJJ saat ini.

"Karena orangtua takut anaknya nilainya jelek, yang mengerjakan orang tuanya atau kakaknya dan dikumpulkan, sehingga gurunya menganggap ini jalan, bisa terus, dan dilakukan terus," ungkapnya.

Menurut Imam, masa pandemi Covid-19 dan PJJ menjadi kesempatan orangtua untuk menanamkan nilai kejujuran dan kedisiplinan pada anak.

"Sekarang ini saat yang paling bagus untuk mendidik dua hal itu, kedisiplinan dan kejujuran," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas