Pontjo Sutowo: Tanpa Penguasaan Teknologi, Mustahil Indonesia Bisa Membangun Kemandirian Ekonomi
Pengetahuan dan teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan dan kemandirian ekonomi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
Saat ini, Thailand telah mengembangkan pertanian 4.0. yang berfokus pada penerapan teknologi tinggi terhadap komoditas-komoditas utama dan komoditas-komoditas yang mempunyai nilai terpadu seperti beberapa jenis sayuran dan buah-buahan.
"Visi Thailand yang telah ditetapkan yaitu: “Thailand kitchen of the world!”, bukan hanya sekedar jargon melainkan sudah menjadi gerakan masyarakat Thailand. Bahkan untuk menjangkau pasar internasional, setiap petani yang akan mengekspor produknya harus menjalankan dua standar, yaitu GAP (good agricultural practices) dan GMP (good manufacturing practices)," katanya.
Untuk mengejar ketertinggalan teknologi untuk membangun gerakan transformasi Ekonomi Pengetahuan, menurut Pontjo masih ada beberapa titik lemah Indonesia yang harus menjadi perhatian kita bersama.
Pertama, sumber daya manusia masih merupakan titik lemah Indonesia.
Padahal, sumber daya manusia merupakan elemen kunci bagi keberhasilan transformasi Ekonomi Pengetahuan. Dengan kualitas SDM yang baik yang memiliki kapabilitas ilmu pengetahun dan teknologi yang tinggi maka creating value dan produktivitas perekonomian suatu bangsa akan terus meningkat.
''Pada dasarnya, fondasi dari transformasi Ekonomi Pengetahuan adalah knowledge-based society, yaitu masyarakat yang berpengetahuan dan berpendidikan," katanya.
Kedua, sistem inovasi nasional kita.
Melalui sistem ini, sebagaimana yang berlaku di banyak Negara, dapat diintegrasikan dan disinergikan berbagai potensi dan sumber daya untuk meningkatkan kapabilitas pengetahuan dan teknologi negara yang bersangkutan.
"Penguatan sistem inovasi nasional sangat diperlukan demi menguatnya kelembagaan iptek, sumberdaya iptek, dan jaringan iptek. Mudah-mudahan dengan keluarnya Undang Undang No. 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kebutuhan akan penguatan sistem inovasi nasional ini dapat terpenuhi," katanya.
Ketiga, perlu rekayasa sosial (social engineering) untuk merubah sikap masyarakat yang berperilaku sesuai dengan pembangunan ekonomi pengetahuan sehingga terjadi perubahan sosial sesuai dengan kebutuhan (planned social change).