PUPR: Wilayah Indonesia Timur Berpotensi Terdampak Fenomena La Nina
Jarot mengutarakan wilayah Indonesia Timur lebih berisiko terkena dampak dibanding wilayah barat.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jarot Widyoko, mengatakan pihaknya sudah berdiskusi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait fenomena La Lina yang membuat potensi curah hujan naik.
Jarot mengutarakan wilayah Indonesia Timur lebih berisiko terkena dampak dibanding wilayah barat.
"Hasil rapat kemarin memang daerah timur yg potensi banjirnya agak tinggi, di Sumatera agak kurang. Ramalan BMKG mulai dari daerah Kalimantan, Sulawesi, Papua, ini disini disebutkan puncak banjir dari Januari - April 2021, misalnya di Sulawesi," kata Jarot saat konferensi pers virtual Kesiapan Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) Hadapi Musim Hujan 2020, Jumat (16/10/2020).
Baca juga: Wakil Ketua Komisi V DPR Minta BMKG Masifkan Sosialisasi Prediksi Cuaca Antisipasi La Nina
Jarot meminta partisipasi masyarakat untuk menangani La Nina ini, karena upaya PUPR saja tidak akan optimal.
Terlebih lagi dengan adanya potensi peningkatan curah hujan 30-40 persen.
Menurutnya, peranan dari masyarakat juga perlu dilakukan untuk terlibat dalam antisipasi banjir yakni mengembalikan air ke bumi.
"Kalau di rumah bisa dimulai dengan membuat biopori, di tingkat RT bikin kolam-kolam, intinya tahan air yg turun. Kalau semua orang berpartisipasi semua konsen mengatasi kewastean run off. Insya Allah ini akan signifikan kalau pun banjir terjadi itu karena sisi lama genangan dan tinggi genangan," urainya.
Baca juga: Dampak Fenomena La Nina di Indonesia, Jokowi Minta Ada Langkah Antisipasi
Kementerian PUPR ditugaskan mengurusi sempadan sungai di antaranya adalah membuat bendungan, menormalisasi sungai, membuat embung, dan lain-lain.
Namun upaya tersebut tidak sebanding dengan keerosian run off yang mengalir dari catchment ke dalam sungai.
Jarot mempertegas hal ini yang perlu partisipasi kepada semua stakeholder, kepada semua yang menempati catchment area tersebut.
Diketahui, bencana banjir di Indonesia hampir terjadi setiap tahun di Indonesia, kali ini menurut prediksi BMKG potensi bencana bakal lebih hebat.
Ditjen SDA bekerjasama dengan beberapa instansi, termasuk BMKG menyiapkan Informasi Prakiraan Hujan untuk 10 hari ke depan agar dapat mengatur muka air waduk sehingga tersedia tampungan air untuk pengendalian banjir.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.