Antisipasi Dampak La Nina ke Produksi Pertanian, Begini Strategi Mentan Syahrul
Syahrul dalam hal ini meminta untuk setiap pimpinan daerah agar turut aktif meninjau perkembangan cuaca
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan Kementerian Pertanian menyiapkan strategi antisipasi dampak La Nina terhadap produksi pertanian.
Menurutnya, upaya mitigasi ini perlu karena produksi pertanian baru masuk musim tanam ke satu (MT I) periode Oktober 2020-Maret 2021.
"Fenomena La Nina akan ada ancaman banjir, longsor, kegagalan panen pada daerah tertentu. Itu karena banyaknya air serta gejala hama disebabkan banjir," ujar Syahrul saat Penetapan Target Luas Tanam MT I, Senin (26/10/2020).
Mentan menegaskan upaya yang disiapkan pihaknya yakni melakukan mapping di seluruh wilayah rawan banjir.
Kemudian mengaplikasikan early warning system serta memantau semua informasi yang ada di BMKG.
Syahrul dalam hal ini meminta untuk setiap pimpinan daerah agar turut aktif meninjau perkembangan cuaca.
"Perlu kita membentuk gerakkan brigade yang terdiri dari brigade La Nina (satgas OPT-DPI), brigade alsin dan tanam, serta brigade panen dan serap gabah kostraling.
Baca juga: Ganja dan Kratom Masuk Daftar Tanaman Binaan Kementerian Pertanian, BNN Anggap Itu Masalah
Ini harus sudah siap dari sekarang," tutur dia.
Selanjutnya, pompanisasi in-out dari sawah, rehab jaringan irigasi tersier atau kwarter.
Hal ini penting guna kelancaran pembuangan air agar padi-padi yang mulai berisi tidak tergenang air.
"Adapun kami menyiapkan penggunaan benih tahan genangan seperti inpara 1 sampai 10, inpari 29, inpari 30, ciherang sub 1, inpari 42 agritan, dan varietas unggul lokal yang sudah teruji," kata Mentan Syahrul.
Dia mengimbau agar usaha tani mendaftar usaha tani dan meminta bantuan benih gratis bagi yang lahannya puso.
"Kita tidak boleh kalah dengan alam. Perbaiki cara pascapanen dengan menggunakan dryer atau pengering," tuntasnya.