Resesi di Tengah Pandemi, F-PKS Minta Pemerintah Tak Hanya Sekedar Jaga Daya Beli Masyarakat
Anis Byarwati mengusulkan di tengah resesi yang resmi melanda Indonesia, sebaiknya pemerintah tak hanya sekadar menjaga daya beli
Penulis: Reza Deni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi XI DPR RI fraksi PKS Anis Byarwati mengusulkan di tengah resesi yang resmi melanda Indonesia, sebaiknya pemerintah tak hanya sekadar menjaga daya beli atau konsumsi.
"Bukan hanya menjaga, tapi bagaimana masyarakat tidak kehilangan daya beli. Jadi artinya masyarakat yang terkena dampak paling para dari pandemi, ini yang harus diperhatikan," ujar Anis Byarwati dalam polemik MNC Trijaya FM bertajuk 'Efek Resesi di Tengah Pandemi', Sabtu (6/11/2020).
Baca juga: Joe Biden Tanggapi Keunggulannya atas Trump di Pemilu: Kami Akan Memenangkan Perlombaan Ini
Anis menyebut dunia usaha juga perlu didorong pemerintah untuk bisa bertahan.
Sebab, jika dunia usaha tak bertahan, maka para pengusaha akan melakukan efesiensi dengan merumahkan para karyawan.
"Nanti ujung-ujungnya konsumsi masyarakat akan menurun. Ketika konsumsi masyarakat menurun, akibatnya adalah pertumbuhan ekonomi menurun," sambungnya.
Ketua DPP PKS itu memahami Indonesia sendiri bertumpu pada sektor konsumsi untuk pertumbuhan ekonomi. Kontribusi konsumsi kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesae 57 persen.
"Jadi ketika konsumsi rumah tangga anjlok, otomatis yang lain juga terbawa. Belanja pemerintah enggak sampai 10 persen konstribusinya," katanya.
"Dan ini tentu saja belanja tak sampai 10 persen, ini kan untuk ekspansi pemerintah menjadi sulit melakukan hal-hal itu. Belanja pemerintah kita ini belum cukup untuk melakukan ekspansi dalam rangka mendorong konsumsi masyarakat," pungkas Anis.
Faktor Resesi Tahun Ini Dibanding 1998 Berbeda, Ekonom UI: Tak Selamanya Resesi Berujung Krisis
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menerangkan penyebab terjadi resesi tahun ini tidak sama dengan resesi tahun 1998.
Menurutnya, resesi itu biasanya mendahului krisis, tetapi tidak selamanya resesi itu akhirnya akan berujung krisis.
"Saat krisis moneter 1998 ekonomi kita sangat rapuh dari sisi makroprudensial, dari sisi penjagaan sektor moneter, keleluasaan dan juga kapasitas fiskal kita terbatas," ucap Faisal dalam diskusi virtual, Sabtu (7/11/2020).
Dia mengatakan pada 1998 ekonomi RI terkontraksi sampai minus 13 persen.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.