BMKG Prediksi Fenomena La Nina Sebabkan Curah Hujan Tahun Ini Lebih Tinggi
Fachri mengatakan curah hujan yang lebih tinggi pada tahun ini disebabkan oleh fenomena La Nina.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) A. Fachri Radjab memprediksi curah hujan tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Curah hujan yang tinggi dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya banjir bandang, longsor, angin kencang, dan angin puting beliung yang dapat mengancam sektor pertanian, transportasi, hingga infrastruktur.
Fachri mengatakan curah hujan yang lebih tinggi pada tahun ini disebabkan oleh fenomena La Nina.
La Nina sendiri adalah fenomena yang ditandai dengan suhu lebih dingin di kawasan Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, sedangkan di bagian barat lebih panas.
Hal ini memicu peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia.
"Musim hujan tahun ini, kita perkirakan jumlah curah hujannya akan lebih banyak dari normalnya karena ada fenomena La Nina," ujar Fachri, dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk 'Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita - Mitigasi Bencana Sekarang Juga', Sabtu (14/11/2020).
Sejak pertengahan bulan September, Fachri mengatakan pihaknya sudah mendeteksi adanya dampak dari fenomena La Nina.
Dia menjelaskan dampak tersebut dapat diketahui berdasarkan pengukuran suhu muka air laut yang menunjukkan indeksnya lebih rendah dari batas ambang La Nina.
"Pada September kemarin, indeks suhunya -0,8. Artinya, sudah lebih rendah dari batasnya. Batas kalau dibilang La Nina itu kalau 0,5. Dan terakhir pengukuran di akhir Oktober kemarin sudah -1,1. Jadi, sudah La Nina dengan intensitas menengah dan berat," kata Fachri.
Baca juga: Rincian Daerah di Indonesia yang Berpotensi Banjir Akibat Fenomena La Nina
BMKG pun, kata dia, mengimbau masyarakat dan pemerintah untuk lebih waspada terkait curah hujan yang cenderung tinggi pada tahun ini.
Fachri menyebut wilayah yang memiliki curah hujan tinggi mencakup Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Meski Sumatera tidak terdampak La Nina, Fachri menegaskan Sumatera juga sudah memasuki musim penghujan.
"Bukan berarti Sumatera cuaca akan baik-baik saja. Walaupun tidak ada La Nina, Sumatera sudah musim hujan juga," tandasnya.
Peringatan BMKG