Soal Pencopotan Dua Kapolda, Kompolnas: Kita Lihat Pramugari Jalan Kaki Nenteng Koper
Kompolnas memberi tanggapan terkait pencopotan dua kapolda. ia menilai pengamanan polri saat kepulangan Habib Rizieq Shihab tak optimal.
Penulis: Daryono
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto menilai pengamanan oleh polisi saat kepulangan Habib Rizieq Shihab tidak optimal.
Hal itu terbukti adanya massa yang bisa masuk ke objek vital seperti Bandara Soekarno-Hatta.
Masuknya massa ke bandara menyebabkan kemacetan, kerusakan hingga gangguan jadwal penerbangan.
"Analisa kami, kesiapan pengamanan sampai terjadi objek vital nasional (massa) bisa masuk, terjadi kerusakan dan sebagainya."
"Terjadi kemacetan yang merugikan penumpang, merugikan maskai penerbangan."
"Kita lihat pramugari jalan kaki nenteng koper, terlihat persiapan atau renpam (rencana pengamanan)-nya tidak optimal," kata Benny dalam saat hadir dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC), Selasa (17/11/2020) malam, seperti dikutip dari Youtube ILC, Rabu (18/11/2020) pagi.
Benny pun mengapresiasi langkah Kapolri Jenderal Idham Azis yang mencopot dua kapolda yakni Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat karena dianggap lalai dalam penegakan protokol kesehatan.
Pencopotan dua kapolda itu, lanjut Benny, akan menyamakan persepsi jajaran di bawahnya dalam penegakan protokol kesehatan.
"Dalam konteks penegakan hukum, dengan langkah Kapolri ini akan menyamakan persepsi kepada seluruh jajaran untuk menyikapi bagaimana menangani Covid-19. Bagaimana penegakan hukum, bagaimana kordinasi dengan Satpol PP sehingga diharakan nanti langkahnya tepat. Tidak menimbulkan ekses," beber mantan perwira polisi ini.
Baca juga: Benarkah Pencopotan Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jabar atas Perintah Jokowi? Ini Jawaban Istana
Meski penegakan hukum dilakukan secara tegas, Benny mengingatkan polisi agar mengedepankan komunikasi yang halus dalam upaya pencegahan pelanggaran protokol kesehatan.
Komunikasi yang baik itu dengan menggunakan bahasa sederhana sehingga diharapkan lebih mudah dipahami.
"Dalam beberaa kesempatan kami menyampaikan pesan gunakan pendekatan yang soft dengan bahasa yang simpatik karena masyarakat kita sedang stres. Ketika kita salah kata, intonasi yang tinggi, penerimaan sudah lain dan responsnya nanti kontrapropduktif," ujar dia.
Lebih lanjut, Benny menyatakan setelah adanya pencopotan dua kapolda dan juga komunikasi yang tidak bagus dalam penanganan Covid-19 oleh Polri, pihaknya bakal lakukan evaluasi.
"Ke depan kami akan lakukan pertemuan-pertemuan dalam rangka evaluasi. Ini perlu secepatnya. Kami tidak mau ada pembiaran, terjadi perkecualian yang dimaknai publik sebagai diskriminasi," ujar dia.