Epidemiolog Unair Sarankan Tunda Sekolah Tatap Muka di Pandemi Covid-19, Ini Bahayanya
Ia menilai, kebijakan pemerintah itu tidak konsisten dan tidak berbasis pada kesehatan masyarakat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menyarankan agar pemerintah menunda kebijakan pembukaan sekolah tatap muka di awal tahun 2021.
Ia menilai, kebijakan pemerintah itu tidak konsisten dan tidak berbasis pada kesehatan masyarakat.
Pemerintah seharusnya mempertimbangan pengaktifan kegiatan apa pun yang memungkinkan kontak antar warga termasuk siswa sekolah, didasarkan atas kondisi epidemiologi yang menunjukkan tingkat risiko penularan Covid-19 di suatu wilayah.
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil: 5 Orang Peserta Acara Habib Rizieq di Megamendung Reaktif Covid-19
"Seharusnya ditunda. Kesehatan harus menjadi pertimbangan utama," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (19/11/2020).
Ia pun mengingatkan, ada risiko yang mengintai orang yang positif Covid-19 tanpa gejala atau OTG, khususnya untuk anak-anak.
"Harus diingat bahwa beberapa ahli mengatakan bahwa kalau seseorang terlanjur terinfeksi Covid-19 meski pun tanpa gejala atau gejala ringan, ketika sembuh ada kemungkinan sudah mengalami kelainan pada organnya (contoh fibrosis paru) yang membuat fungsinya tidak lagi optimum," jelasnya.
Windhu pun meminta agar pemerintah mempertimbangkan kembali keputusan tersebut dan klaster Covid-19 di dunia pendidikan dapat dicegah.
Baca juga: Nadiem: Pembukaan Sekolah Tidak Seperti di Masa Normal
"Kalau ini mengenai anak-anak kita, betapa malangnya mereka seumur hidup, kita akan kehilangan generasi emas. Ini yang harus dihindari," tutur Windhu.
Sekolah Tatap Muka Bukan Seperti Normal
Pemerintah memberikan izin kepada pemerintah daerah untuk menerapkan pembelajaran tatap muka pada Januari mendatang.
Meski begitu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran tidak kembali seperti di masa normal, sebelum pandemi Covid-19.
"Jadi maksud pesan yang terpenting disini adalah artinya pembelajaran tatap muka, bukan kembali ke sekolah seperti normal. Ini sangat di luar normal karena kapasitasnya hanya setengah yang diperbolehkan tanpa aktivitas berkerumun apapun," ujar Nadiem dalam konferensi pers virtual, Jumat (20/11/2020).
Menurut Nadiem saat ini masih ada kesalahpahaman bahwa pembelajaran akan digelar normal.
Nadiem menegaskan terdapat protokol kesehatan yang wajib diterapkan dan ditaati oleh warga pendidikan dalam mengikuti pembelajaran.
Baca juga: Nadiem Makarim: Pemda Boleh Buka Sekolah Secara Bertahap Atau Serentak
"Ini adalah salah satu poin yang terpenting dan banyak sekali juga masih ada misspersepsi. Bahwa kalau kita membangun pelajaran tatap muka, bahwa itu seperti biasa. Ini tidak benar dan mohon dibantu disosialisasikan di masing-masing daerah," kata Nadiem.
Mantan CEO Gojek ini menegaskan bahwa protokol kesehatan patut dipatuhi untuk mencegah penyebaran virus corona.
"Bahwa kalaupun sekolah itu sudah memenuhi semua kriteria pembelajaran tatap muka, protokol kesehatan yang ketat harus masih dilaksanakan," pungkas Nadiem.
Seperti diketahui, Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan baru terkait pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Pemerintah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menerapkan pembelajaran tatap muka di sekolah.
"Berarti pemerintah pada hari ini melakukan penyesuaian kebijakan, untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, Kanwil atau kantor Kemenag untuk menentukan pemberian izin pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah di bawahnya kewenangannya," ujar Nadiem.