Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

5 Tahun Diburu Ali Kalora Tak Bisa Ditangkap, Strategi Baru Disiapkan, Pasukan Khusus TNI Diturunkan

Masalah ini mengemuka menyusul pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pekan lalu.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in 5 Tahun Diburu Ali Kalora Tak Bisa Ditangkap, Strategi Baru Disiapkan, Pasukan Khusus TNI Diturunkan
Via Surya
Ali Kalora, Pimpinan Kelompok Separatis MIT. ( Kolase Kompas TV dan Wikipedia). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah dan Kepolisian memastikan akan tetap melaksanakan Operasi Tinombala untuk menangkap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di tengah kritik sejumlah kalangan yang mempertanyakan efektivitas operasi itu.

Pengamat terorisme dan Koalisi Jaringan Masyarakat Sipil menilai aparat kepolisian harus mengubah strateginya setelah hampir lima tahun gagal menangkap Ali Kalora yang diyakini bersembunyi di pedalaman hutan Palolo, Sulawesi Tengah.

Masalah ini mengemuka menyusul pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pekan lalu.

Pihak berwenang memperkirakan MIT bertanggung jawab atas serangan itu.

Baca juga: Sosok Ali Kalora, Pimpinan MIT yang Dituding Bunuh 1 Keluarga dan Bakar 7 Rumah Warga di Sigi

Baca juga: Ini Pasukan Khusus TNI yang Dikerahkan Buru Kelompok MIT di Sigi

Pengamat teroris, Ridlwan Habib, menyarankan pemerintah beserta aparat keamanan agar menggunakan strategi baru untuk menangkap Ali Kalora.

Berdasarkan pengamatannya, Operasi Tinombala telah berjalan hampir lima tahun tetapi belum berhasil menangkap pimpinan Mujahidin Indonesia Timur tersebut. Padahal berbagai cara sudah dilakukan.

"Pernah coba pakai thermal drone untuk memotret suhu panas tubuh. Ternyata ada kekeliruan. Karena suhu tubuh manusia mirip dengan mamalia seperti kera atau monyet, sehingga ketika mau menyerang dan didekati ternyata segerombolan monyet besar," ujar Ridlwan Habib kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (29/11).

BERITA REKOMENDASI

"Pernah dicoba pakai drone detector untuk mendeteksi gerak. Ternyata salah deteksi lagi," sambungnya.

Ridlwan berkata, Ali Kalora dan anggotanya yang diperkirakan berjumlah 11 orang diuntungkan secara geografis lantaran lokasi pergerakan mereka di pedalaman hutan yang sulit dijangkau orang.

Selain itu, kelompok tersebut juga tidak menggunakan telepon genggam untuk saling berkomunikasi sehingga sulit dilacak.

Tapi dari segi kekuatan, Ridlwan menilai, sudah tidak terlampau kuat.

"Jadi perlu ada perubahan metodologi operasi. Kalau sebelumnya Satgas Tinombala adalah metode yang operasinya patroli rutin dalam waktu tertentu. Ini harus diubah dengan pendekatan yang operasi militer."


"Siapkan tim khusus seperti Koopsus yang bisa digerakkan kapan saja."

Pasukan khsus TNI

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas