PKS Minta Pemerintah Evaluasi Kinerja Kabinet Terutama Program Revolusi Mental
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga ditangkap KPK terkait suap perizinan ekspor benih lobster.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Sosial Juliari Batubara sebagai tersangka kasus dugaan suap bantuan sosial (bansos) Covid-19.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga ditangkap KPK terkait suap perizinan ekspor benih lobster.
Anggota Komisi IX DPR RI fraksi PKS, Netty Prasetiyani Aher merasa prihatin dan menyesalkan peristiwa yang disebutnya sebagai sesuatu yang melukai hati rakyat.
"Bagaimana rakyat tidak marah dan terluka hatinya jika dana bansos untuk jelata pun dikorupsi juga," kata Netty dalam keterangannya, Jumat (11/12/2020).
Baca juga: Dana yang Ditilap Juliari Dari Bansos Diduga Rp 33 Ribu Per Paket
Netty menilai tindak pidana korupsi yang dilakukan dua menteri tersebut harus menjadi perhatian dan bahan evaluasi presiden terhadap kinerja kabinet, terutama program revolusi mental.
"Dalam waktu berdekatan, dua menteri ditangkap KPK. Pemerintah harus mengevaluasi kinerja kabinet, termasuk program revolusi mental yang selama ini didengungkan. Rakyat membutuhkan role model perilaku anti korupsi dari kalangan pejabat. Bagaimana rakyat mau percaya bahwa ada perubahan perilaku dalam mengelola negara jika korupsi masih terus merajalela?," ucapnya
Baca juga: 2 Menteri Jokowi Tersandung Korupsi, Bandingkan Kekayaan Edhy Prabowo dan Juliari, Siapa Paling Kaya
Ketua DPP PKS ini mendorong pemerintah memikirkan formulasi terobosan dalam memberantas korupsi.
"Perlu ada formulasi terobosan untuk hentikan korupsi. Revolusi mental jangan hanya jadi jargon dan proyek, tapi harus benar-benar menjadi game changer yang membuat Indonesia zero korupsi," katanya.
Satu di antara terobosan itu, kata Netty, jadikan keluarga sebagai institusi pertama yang mencegah perilaku korup.
"Keluarga harus menjadi lingkaran terdepan yang mencegah terjadinya perilaku korupsi, jangan sampai malah mendorong terjadinya tindakan koruptif.
Anggota keluarga, terutama suami atau istri pejabat, harus mewaspadai setiap aliran uang yang masuk ke keluarga. Jangan mendiamkan atau malah ikut menikmati uang haram korupsi. Pada akhirnya perilaku korupsi itu akan berdampak pada kekacauan keluarga," ucap Netty.
Baca juga: Melalui Pakta Integritas Kementerian LHK Pertegas Jajarannya Anti-Korupsi
Lebih lanjut, Netty mengingatkan sudah seharusnya semua pihak memberi perhatian besar kepada keluarga. Institusi sosial terkecil ini, katanya, memiliki peranan penting dalam membentuk dan memengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang.
"Jika keluarga itu baik, maka akan menjadi tempat penyemaian nilai-nilai kebaikan, melahirkan pribadi yang bertanggung jawab, peduli, tidak merampas hak orang lain dan tentu saja anti korupsi," ucapnya.
"Oleh karena itu, negara harus menjamin dan memberi perlindungan agar semua keluarga di Indonesia dapat tumbuh kembang secara optimal dan memiliki ketahanan terhadap kerentanan," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.