Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kado Natal Rp 5 Miliar untuk 2000 Lebih Guru Honorer Prasejahtera di Luar Jawa

Hasil penggalangan dana yang melibatkan 3100 pelari dari Indonesia serta 17 negara Eropa seluruhnya akan akan disumbangkan kepada 2000 guru honorer.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Kado Natal Rp 5 Miliar untuk 2000 Lebih Guru Honorer Prasejahtera di Luar Jawa
dokumentasi KARINA-KW
Seorang murid SDK Andawai, Weetabula, Sumba Timur, sedang belajar bersama gurunya di masa pandemi, 2020. 

Sekretaris Eksekutif Komisi Penddikan KWI TB. Gandhi Hartono SJ bersama tim Komisi Pendidikan di wilayah 27 provinsi, telah bergerak sejak November lalu, untuk menyaring data ribuan guru honorer.

"Tujuannya, agar para penerima donasi benar-benar selaras dengan tujuan gerakan belarasa Caritas Christmas. Yakni, “The poorest of the poor,” ujar Romo Gandhi, sebutan akrabnya.

Gandhi mencontohkan, jika ada guru hononer yang pasangannya seorang lurah, pejabat daerah, pengusaha lokal, pasti tidak masuk daftar penerima.

Termasuk jika pasangan seorang guru hononer memiliki usaha kecil menengah (UKM) yang mapan juga tidak masuk daftar.

“Selain guru honorer, kami juga menyaring 200-an lebih sekolah dasar dan menengah pertama di beberapa daerah yang kondisinya parah, sehingga menghambat kegiatan belajar,” kata Gandhi.

Sejumlah guru honorer di wilayah terpencil amat menaruh harapan pada donasi LG4C.

Beberapa dari mereka sudah pernah menerima bantuan tambahan honor dari Yayasan KARINA-KWI – melalui Komisi Pendidikan KWI, antara lain, guru-guru SDK Londa Lima, Sumba Timur, serta para guru honor SMA Mediatrix Ambon.

Baca juga: Kemendikbud: Guru Penggerak akan Tingkatkan Mutu Sekolah 

BERITA REKOMENDASI

Dari Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Emanuel Gabriel Kosenti, Guru SDK Yapenthom I Maumere, mengaku Jika ada bantuan dari Caritas Indonesia dan Komisi Pendidikan KWI, ingin gunakan untuk membeli HP.

Pria yang telah 3,5 tahun menjadi guru honorer Bahasa Indonesia ini mencari tambahan dengan menjadi tukang ojek.

“Hasil ojek untuk belanja ikan dan sayur-mayur,” ujarnya.

Emanuel mengaku amat kesulitan melaksanakan pengajaran secara virtual kepada murid-muridnya yang berlokasi jauh dari Kota Maumere karena ketidaaan telpon genggam.

“Sulit sekali hubungi murid atau orangtua mereka,” Eman menambahkan.


Menjadi tukang ojek juga menjadi pilihan Arman Ahmad, tenaga honorer SD Santa Theresia Ternate yang telah bekerja 10 tahun, 9 bulan.

Pandemi membuat Arman putus-gaji sejak Maret – September 2020.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas