Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Partisipasi Perempuan di Ekonomi Tingkatkan Produktivitas Negara

Banyak studi yang menunjukan bahwa perempuan terhalang oleh berbagai hal, mulai dari keluarga hingga norma budaya.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Partisipasi Perempuan di Ekonomi Tingkatkan Produktivitas Negara
TRIBUNNEWS/Yanuar Riezqi Yovanda
Menkeu Sri Mulyani Indrawati. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa perjuangan untuk mempertahankan kesetaraan gender adalah suatu perjuangan yang masih panjang. 

Banyak studi yang menunjukan bahwa perempuan terhalang oleh berbagai hal, mulai dari keluarga hingga norma budaya.




Padahal, studi menunjukan bahwa apabila perekonomian memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki, maka perekonomian itu akan mendapatkan keuntungan dalam produktivitas yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik.

Baca juga: Sri Mulyani-Erick Thohir Duet di Lembaga Pengelola Investasi 

“Kalau negara memberi kesempatan yang sama kepada perempuan di dalam berpartisi di ekonomi, maka produktivitas negara itu akan meningkat nilainya bahkan mencapai 28 triliun atau 26 persen dari GDP dunia,” ucap Sri Mulyani dalam webinar Katadata bertema Menuju Planet 50:50 Kontribusi Bisnis Pada Pencapaian SDG 5, Rabu (16/12/2020).

Hal itu bisa terjadi hanya apabila negara tersebut memberikan kesempatan dan mendorong agar peranan perempuan makin besar di dalam perekonomian.

Namun, untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan persyaratan. Sebab, perempuan tidak sama seperti laki-laki.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Kena Dampak Pandemi Covid-19, kecuali China

BERITA TERKAIT

Secara biologis, perempuan lah yang akan menanggung proses reproduksi, paling tidak selama sembilan bulan.

“Belum pada saat dia harus merawat dan membesarkan putra putrinya. Ini yang menyebabkan perempuan tidak dalam posisi yang sama dengan laki-laki,” ungkap Sri Mulyani.

Maka dari itu, berbagai kebijakan harus bisa mengenali berbagai perbedaan kebutuhan tersebut tanpa menimbulkan diskriminasi.

“Kebijakan ini harus didesain agar halangan bagi perempuan menjadi seminimal mungkin. Sehingga, mereka bisa terus berpartisipasi secara maksimal baik dalam kehidupan keluarganya maupun di dalam pekerjaan dan kariernya. Ini lah yang menjadi pemikiran bagi kami untuk mendesain kebijakan publik yang mengenali pentingnya peranan atau kesamaan ekualitas gender ini,” beber Sri Mulyani.

Shinta Kamdani selaku Anggota Dewan Pembina IBCWE (Indonesia Business Coalition For Women Empowerment), mengungkapkan pentingnya kesetaraan gender di dunia kerja merupakan salah satu langkah untuk memperkecil celah ketidaksetaraan gender. 

“Hal ini dapat diwujudkan salah satunya dengan menjadikan beberapa indikator kesetaraan gender di dunia kerja sebagai bagian dalam standar sustainability report atau laporan keberlanjutan,” imbuh Shinta.

Dalam laporan The Global Gender Gap Index 2020 yang dirilis oleh World Economic Forum, Indonesia berada di peringkat 85 dari 153 negara dengan skor 0.70. 

Angka tersebut tidak mengalami perubahan dari 2018.

“Dalam kurun 12 tahun, Indonesia berhasil mempersempit kesenjangan gender sebanyak kurang lebih delapan persen terutama di bidang pendidikan dan kesehatan,” ujar Shinta.

“Namun, kesenjangan yang masih besar adalah dalam partisipasi dan kesempatan ekonomi serta pemberdayaan politik, juga masih menjadi faktor utama yang menghambat kemajuan Indonesia dalam mencapai kesetaraan gender,” lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas