Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pendiri dan Direktur Pekka: Katup Perekonomian Indonesia Adalah Perempuan Kepala Keluarga

Direktur Pekka mengatakan bahwa setiap tahunnya jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga terus meningkat.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Content Writer
zoom-in Pendiri dan Direktur Pekka: Katup Perekonomian Indonesia Adalah Perempuan Kepala Keluarga
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda 
Webinar BPIP bersama Kementerian PPPA bertajuk Spesial Hari Ibu: Perempuan Menggerakan Ekonomi Keluarga melalui kanal Youtube Kompas TV, Sabtu (19/12/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri dan Direktur Yayasan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Nani Zulminarni mengatakan, bahwa setiap tahunnya jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga terus meningkat.

Bahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan sekitar 15,46 persen rumah tangga di Indonesia itu dikepalai oleh perempuan.

Nani pun menyebut, tak kurang dari 80 persen kepala keluarga perempuan itu berada garis kemiskinan.

Hal itu disampaikan Nani dalam webinar BPIP bersama Kementerian PPPA bertajuk Spesial Hari Ibu: Perempuan Menggerakan Ekonomi Keluarga melalui kanal Youtube Kompas TV, Sabtu (19/12/2020).

"Keluarga yang dikepalai oleh perempuan jumlahnya tidak kurang dari 19 juta, dan 80 persennya berada pada strata yang paling miskin. Jadi (mereka) sangat-sangat miskin," kata Nani.

Meski demikian, Nani menyebut bahwa kepala keluarga perempuan juga seorang produsen. Artinya, mereka adalah konsumen sekaligus penggerak ekonomi untuk keluarganya.

Berita Rekomendasi

Tak hanya itu, mereka juga meningkatkan taraf ekonomi di lingkungan komunitasnya. Sehingga, perannya sangat penting di masyarakat.

"Kalau dulu ada istilah katup pengaman perekonomian Indonesia, mereka-mereka (perempuan kepala keluarga) inilah produsen segala macam. Terutama untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan untuk sandang," jelasnya.

Nani pun menyadari, tantangan kepala keluarga perempuan tak hanya menghapus stigma miring di masyarakat. Namun juga mereka yang bergerak dibidang industri dan produksi.

Kendala modal juga menjadi hal yang mendesak. Tanpa modal, kepala keluarga perempuan tak bisa bergerak dan mengembangkan komunitasnya untuk meningkatkan ekonomi.

Nani pun menjawab tantangan modal itu dengan mendirikan koperasi bagi anggota yang tergabung dalan Pekka.

Diharapkan, dengan dorongan modal usaha, bisa meningkatkan ekonomi serta membangun kekuatan ekonomi di lingkungannya.

"Mereka terus bergerak tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga membantu orang lain dengan kegiatan itu. Ini bisa menginspirasi kita semua untuk terus berkarya dalam menggerakkan perekonomian dari pinggir, dari bawah, dari daerah terpencil dengan produksi-produksi alam," harapnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas