Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Sandiaga Seharusnya Tolak Tawaran Kursi Menparekraf

“Tentu sangat disayangkan, karena  dengan hal ini dapat membuat hilangnya martabat perpolitikan kita," kata pengamat politik Andri W Kusuma.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pengamat: Sandiaga Seharusnya Tolak Tawaran Kursi Menparekraf
FB Sandiaga Salahuddin Uno
Pelantikan Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menparekraf di Istana Negara, Rabu (23/12/2020). 

Laporan Wartawan Tribun, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masuknya eks kandidat wakil presiden Sandiaga Uno ke dalam Kabinet Indonesia Maju disayangkan. Semestinya Sandiaga tetap berada di luar pemerintahan dan menolak tawaran menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).

“Tentu sangat disayangkan, karena  dengan hal ini dapat membuat hilangnya martabat perpolitikan kita, dan ujungnya saya khawatir masyarakat akan lelah dan bahkan kehilangan kepercayaannya pada sebuah proses politik,” ujar Pengamat Politik Andri W Kusuma, Rabu (23/12/2020).

Menurutnya, apa yang dipertontonkan di publik satu dua hari ini, tentu sangat menyedihkan, dan tidak memberikan kontribusi terhadap sebuah demokrasi yang sedang terus menerus diperjuangkan.

Baca juga: Komisi X DPR Minta Jokowi Jelaskan ke Publik Telah Ganti Wishnutama dengan Sandiaga Uno

“Bahkan, cenderung justru kontradiktif terhadap perkembangan demokrasi itu sendiri,” katanya.

Kata dia, pertarungan politik pada pilpres 2019  yang begitu keras terutama dari segi gagasan saat ini menjadi seperti hanya sebuah cerita dongeng.

Baca juga: Cerita Sandiaga dapat Pesan Bismillah Mas dari Istana, Ternyata Mau Diangkat Jadi Menteri Jokowi

“Patut diingat pemilu itu adalah sebetulnya pertarungan gagasan, dengan demikian gagasan yang diperjuangkan oleh Prabowo Sandi yang bukan saja melibatkan partai pendukungnya akan tetapi juga sebagian masyarakat Indonesia yang sudah berjibaku membantu baik tenaga, pikiran bahkan materi menjadi sia-sia,” katanya.

BERITA TERKAIT

Tentu, kata dia, masuknya Sandi akan berdampak pada ketidakpercayaan masyarakat pada sebuah proses politik.

“Masuknya prabowo masih bisa dimengerti karena beliau adalah ketua partai politik, walaupun bagi sebagian pendukungnya tentu sangat kecewa, akan tetapi dengan bergabungnya Sandiaga Uno ke kabinet indonesia maju lebih menyempurnakan kekecewaan tersebut,” katanya.

Andri mengingatkan bahwa proses politik pilpres 2019 beberapa waktu lalu sangatlah melelahkan bahkan sampai menyebabkan terdapat dua pendapat berbeda di masyarakat kita yang sangat tajam.

“Dan residunya pun masih dirasakan bahkan sampai saat ini,” katanya.

”Juga jangan dilupakan Pilpres 2019 beberapa waktu lalu adalah pilpres yang mungkin dapat dikatakan paling banyak menguras energi bangsa ini,” tambahnya.

Menurutnya, bukan saja anggaran yang besar, tetapi juga potensi konflik, dan bahkan banyak petugas pemilihan umum yang meninggal karena kelelahan. Belum lagi demo-demo pada saat penghitungan atau sesudah penghitungan suara pilpres.

“Kalau pada akhirnya seperti ini , saya kira seperti tidak ada gunanya proses demokrasi yang kita bangun dengan energi yang luar biasa ini,” kata dia.

Dia menilai, sebetulnya langkah Sandiaga Uno di luar pemerintahan sudah tepat dan bijak.

“Beliau ‘mendampingi’ pemerintah di luar pemerintahan. sesuai dengan ide dan gagasan beliau selama ini terutama pada saat pilpres. beliau dapat berjalan bahkan mendukung kebijakan pemerintah yang selaras dengan ide dan gagasannya terutama untuk kepentingan rakyat dan juga beliau juga kerap kali memberikan kritik yang konstruktif apabila ada kebijakan yang dirasa kurang atau belum sepenuhnya tepat dan selaras dengan kepentingan rakyat ,” kata dia.

Andri berharap, semoga semua ini dapat menjadi pembelajaran, terutama para elit bangsa ini, agar dapat mengembalikan suasana perpolitikan kita yang lebih bermartabat.

“Walaupun saya mengerti bahwa peran Sandi Uno memang sangat dibutuhkan saat ini, akan tetapi lebih bijak peran tersebut dilakukan dari luar pemerintahan,” katanya.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas