Sempat Ragu, Sabar Akhirnya Selalu Andalkan JKN-KIS
Kekaguman Sabar terhadap program JKN-KIS semakin bertambah tatkala ia pindah ke Bandung pada tahun 2016.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Ditemui pada Senin (21/12) di Pasar Kabanjahe, Sabar Manalof (45) terlihat baru saja membuka toko kain miliknya. Ayah dari 2 orang anak ini adalah peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) sejak tahun 2014. Sambil membereskan barang-barang jualannya, Sabar demikian dia disapa, menceritakan kisahnya bersama JKN-KIS kepada tim reporter Jamkesnews.
“Sudah lumayan sering (berobat menggunakan JKN-KIS). Salah satunya itu waktu tahun 2014 kaki saya sebelah kanan tiba-tiba tidak bisa bergerak. Ngga bisa jalan harus pakai tongkat. Sempat minum obat tradisional tapi tidak berkurang. Akhirnya setelah mendaftar BPJS (JKN-KIS) saya berobat ke Rumah Sakit Efarina. Dari sana saya dirujuk ke Rumah Sakit Adam Malik Medan ke bagian ortopedi. 2 hari kemudian saya operasi bedah. Puji syukur setelah itu saya langsung bisa berjalan dengan normal lagi. Dan yang lebih menambah rasa syukur saya karena semua itu saya dapatkan dengan gratis, tidak ada biaya apapun juga,” tutur pria kelahiran Kota Berastagi ini.
Sabar awalnya sempat tidak percaya bahwa seluruh biaya pelayanan kesehatan apalagi dengan tindakan operasi dapat ditanggung oleh program JKN-KIS. Namun, dengan merasakan sendiri akhirnya ia yakin bahwa program JKN-KIS benar-benar menjadi penolong ketika sakit.
“Jujur saja sebenarnya saya awalnya agak pesimis gitu kalau biaya berobat apalagi yang operasi seperti saya dapat gratis dengan pakai BPJS (JKN-KIS) karena kan waktu itu (2014) BPJS juga masih sangat baru. Belum banyak masyarakat yang mendaftar. Tapi ternyata saya salah. Semuanya benar-benar ditanggung. Tidak keluar biaya satu rupiah pun. Sejak itu lah saya sadar, wah ini bukan program kaleng-kaleng,” ujar Sabar sembari tersenyum.
Kekaguman Sabar terhadap program JKN-KIS semakin bertambah tatkala ia pindah ke Bandung pada tahun 2016.
“Waktu merantau ke Bandung, anak saya jatuh sakit. Kata dokter kena TB. Saya fikir kartu BPJS nya tidak berlaku karena kami belum update tempat tinggal. Dan ternyata tidak masalah anak saya ditangani sampai sembuh tanpa biaya. Salut sekali,” tutup Sabar memgakhiri perbincangan bersama tim.