Muhammadiyah Minta Pemerintah Atasi Masalah Kenaikan Harga Tahu dan Tempe
Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas meminta pemerintah mengatasi masalah tingginya harga tahu dan tempe di pasaran.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas meminta pemerintah mengatasi masalah tingginya harga tahu dan tempe di pasaran.
Anwar Abbas menilai langkah dari pemerintah dibutuhkan untuk menghindari kerugian masyarakat dan pengusaha lokal.
"PP Muhammadiyah meminta pemerintah untuk secepatnya mengatasi masalah ini agar dunia usaha dan kehidupan ekonomi masyarakat kembali menggeliat, serta tidak ada yang dirugikan," ujar Anwar melalui keterangan tertulis, Senin (4/1/2021).
Baca juga: Harga Kedelai Melonjak, Muhammadiyah Minta Pihak yang Lakukan Penimbunan Ditindak Tegas
Baca juga: Harga Kedelai Melambung, Kementerian Pertanian Bakal Genjot Produksi Kedelai Lokal
Anwar mengatakan kenaikan harga tahu dan tempe berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.
Menurutnya, para pengusaha dan pedagang tahu tempe juga akan sangat terdampak akibat kurangnya daya beli.
"Kalau harga jualnya meningkat maka daya beli masyarakat tentu akan menurun. Sehingga keuntungan dari produsen dan pedagang tahu serta tempe tersebut akan menurun," jelas Anwar.
Kenaikan harga tahu tempe, disinyalir akibat tingginya harga kedelai. Anwar meminta pemerintah melakukan tindakan tegas, jika ditemukan ada pihak yang menimbun kedelai.
"Kalau ada pihak yang melakukan praktik-praktik tidak terpuji dengan melakukan penimbunan dan atau melakukan spekulasi dalam masalah perkedelaian ini. Maka Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas dan menggiring mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman yang sesuai," pungkas Anwar.
Seperti diketahui, harga tahu dan tempe kemungkinan akan naik sekitar 20-30 persen setelah aksi mogok produksi yang diserukan Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta sejak Kamis (31/12/2020).
Aksi mogok ini merupakan bentuk protes produsen tempe dan tahu atas harga bahan baku kedelai yang terus naik.
Mereka sepakat menghentikan produksi untuk kemudian kompak menaikkan harga ketika beroperasi kembali.
"Seiring dengan kenaikan harga kedelai dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 9.200 per kilogram bahkan cenderung lebih, pasca-berhenti produksi nanti kita harus kompak menaikkan harga tempe dan tahu minimal 20-30 persen," tulis Sekretaris Puskopti DKI Jakarta Handoko Mulyo dalam surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.