Pengamat : Jadi Penghasil Nikel, RI Jangan Fokus Urus Mobil Listrik
Pemerintah akan memperoleh masukan keuangan jauh lebih banyak jika membangun industri metalurgi dibandingkan battery mobil listrik
Editor: Eko Sutriyanto
“Jadi, sama saja, tidak ada bedanya. PLN akan melepas emisi gas buang lebih banyak ke atmosfer,” katanya.
“Saya tidak yakin, kalau mobil listrik dengan sistem battery akan menjadi kendaraan masadepan.
Feeling saya adalah transportasi publik dengan sistem energi terpusat, lebih efisien, efektif dalam mendukung transportasi manusia dan barang, dan tidak menimbulkan kemacetan di tempat tujuan,” ujarnya.
Ke depannya, secara bersamaan, pemerintah harus mengembangkan industri logam dasar dan kimia dasar, terutama yang berbasis Ni.
Paduan logam Ni adalah material temperatur tinggi, yang sangat strategis kedepan.
Akan banyak dipakai di industri-industri pembangkitan energi listrik, teruatama energi nuklir, dengan efisiensi pembangkitan yang tinggi, diatas 42%.
Industri metalurgi tidak bisa dipisahkan dengan industri smelter. Dari hitungan-hitungan ekonomi, hampir dipastikan, pemegang IUP tidak mampu bangun smelter.
Karena, permasalahan smelter bukan hanya soal smelternya, namun juga energy supply yang sangat besar.
“Beside, UU Minerba menyebutkan operator smelter tidak berkewajiban menginformasikan komposisi mineral konsentratnya pada pemegang IUP. Dan, ada hal-hal strategis yang pemerintah harus pahami, yaitu sol unsur-unsur tanah jarang (rare earth materials: Re, Ta, Ti, Mo, V, Ba, Ce, dll) yang amat sangat strategis bagi industri elektronik dan metalurgi. Unsur tanah jarang sebagai unsur-unsur pengikut dengan kelimpahan yang kecil karena proses geologi. Ini milik negara bukan milik pemegang IUP,” katanya.
Operator smelter harus terpisah dengan pemegang IUP.
Bagas mengusulkan, dengan kompleksitas yang tinggi tersebut, pemerintah membentuk BUMN Smelter sebagai operator industri smelter, yang sifatnya harus profit centre bukan cost centre.
“Kita punya tambang Ni besar di Kendari dan Halmahera yang mineralnya berbentuk (Ni, Fe)2O3 spinel. Akankah kita hambur-hamburkan menjadi battery mobil listrik?” Tutupnya. (Willy Widianto)