Asops KSAU Marsda Henri Alfiandi 2 Jam Cari Korban dan Serpihan Sriwijaya Air SJ-182 Lewat Udara
Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi bersimbah keringat menuruni Helikopter EC-725 Caracal, Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (11/1/2021).
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Muda Henri Alfiandi bersimbah keringat menuruni Helikopter EC-725 Caracal, Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (11/1/2021).
Dengan nada sumbang Henri mengabarkan kepada awak media bahwa pencarian serpihan dan jenazah korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Perairan Kepulauan Seribu dari udara nihil.
"Target utama untuk mendapatkan sesuatu namun tidak kita dapatkan hari ini. Tapi tidak masalah, kita berupaya selalu untuk menjaga soliditas," ucap Henri di hadapan awak media.
Baca juga: Sang Ayah Meninggal, Pasangan Ini Mudik ke Ponorogo, Kembali ke Pontianak Naik Sriwijaya Air SJ 182
TNI Angkatan Udara mengerahkan Helikopter EC-725 Caracal tail number HT7025 dari Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja untuk menjalankan misi search and rescue (SAR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Titik awal eksplorasi dimulai dari bagian timur menyisir ke bagian barat perairan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
Target utama Operasi SAR menggunakan Helikopter EC-725 Caracal adalah menemukan jenazah para korban pesawat SJ-182.
Pencarian melalui udara ini dipimpin langsung Henri Alfiandi.
Baca juga: Basarnas: Total Hari Ini Kita Dapatkan 45 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ 182
Helikopter EC-725 Caracal lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma pukul 14.00 WIB.
Sesuai misi, helikopter super canggih yang dilengkapi kamera forward looking infrared (FLIR) itu langsung melesat menuju Pulau Laki.
Pencarian melalui jalur udara ini dilakukan dari ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Sebelum tiba di Pulau Laki, Tim SAR terlebih dulu menyusuri perairan di sekitar Tanjung Priok-Tanjung Pasir.
"Kita tracking di sini dan kita mencari pecahan yang kita curigai," ujar Henri.
Namun, pencarian jenazah korban dan serpihan-serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di titik tersebut nihil.
Tidak membuahkan hasil apapun, pencarian pun berlanjut.
Tim SAR yang dipimpin Henri kemudian menyusuri perairan sepanjang jalan menuju Pulau Laki.
Penerbangan Helikopter EC-725 Caracal dalam operasi SAR pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menggunakan teknik ladder searching.
Sepanjang pencarian dari jalur udara, Henri terus mengamati pergerakan air laut di Kepulauan Seribu.
Sesekali Henri mengambil teleskop, melihat jauh ke arah perairan Kepulauan Seribu yang tenang.
Henri menyimpulkan kondisi laut di Kepulauan Seribu sangat tenang.
Baca juga: KSAL: Regu Penyelam Fokus Cari Black Box Sriwijaya Air di Wilayah Segitiga Seluas 140 x 100 Meter
Kondisi air di sekitaran lokasi jatuhnya pesawat SJ-182 sudah kembali jernih setelah sebelumnya terjadi anomali disebabkan avtur atau bahan bakar pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
"Debris yang saya sampaikan kemarin seperti minyak atau mungkin kotoran laut akibat impact keluar semua itu sekarang sudah mulai turun dan terlihat dari atas sudah bersih, tidak ada perbedaan warna yang mencolok seperti kemarin," jelas Henri.
Selama kurang lebih dua jam, Tim terus mengelilingi perairan Pulau Laki, dari barat ke timur, begitu juga sebaliknya.
Penelusuran dengan mengelilingi bagian barat dan timur Pulau Laki berlangsung sebanyak kurang lebih 15 kali putaran.
Jarak tempuh yang telah dilewati kurang lebih 16 kilometer kali 12 kilometer.
Hingga akhirnya Henri memutuskan untuk menyudahi pencarian.
"Kita terbang selama dua jam. Kita sudah mencapai coverage 10 kali 6 mil, kira-kira ada 16 kilometer kali 12 kilometer yang kita ambil. Untuk hari ini cukup, besok kita teruskan," kata Henri.
Janji Henri untuk Keluarga Korban
Henri mengungkapkan, dari pencarian udara tidak ada catatan khusus.
Bila ada, hanya terkait perubahan arah mata angin, pergerakan air laut dan anomali akibat avtur yang sudah tidak lagi ada.
"Tidak ada catatan. Saya melihat mereka juga masih bekerja dan mudah-mudahan black box bisa segera ditemukan," kata Henri.
Henri meyakini, karena permukaan air di Kepulauan Seribu sudah jernih, visibilitas para penyelam yang mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menjadi lebih baik.
"Saya yakin bahwa visibility di bawah lebih bagus dari hari kemarin karena nampak dari atas lebih jernih dibandingkanhari pertama yang kita lihat kemarin," jelas Henri.
Baca juga: DVI Polri Akan Serahkan Jenazah Korban Kecelakaan Sriwijaya Air, Okky Bisma ke Keluarga
Setelahnya Henri memohon agar keluarga para korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 untuk bersabar.
Dia sememinta para keluarga korban untuk terus berpasrah kepada Yang Maha Kuasa.
"Saya agak berat untuk bisa menyampaikan bahwa bagi keluarga korban kami mohon kesabarannya dan ketabahannya, karena bagaimanapun kita harus berpasrah diri dengan kondisi seperti ini," ucap Henri.
Henri turut berharap agar mereka yang menjadi korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menjadi syuhada.
Pihak keluarga dan kerabat diharapkan mampu mengikhlaskan.
Semua ini, kata Henri, adalah rencana dari Yang Maha Kuasa.
Henri sekaligus meyakinkan para anggota keluarga korban bahwa dirinya bersama jajaran akan terus melakukan pencarian di perairan Kepulauan Seribu.
"Kami bagian dari tim pertolongan tidak akan pernah menyerah untuk terus mencari (pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dan para korban) sampai kapanpun, sampai perintah itu dihentikan," tegas Henri.
"Kami yakinkan bahwa kami dari aparat selalu siap sedia dan terus untuk mencari dan membantu sedapat mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga korban khususnya. Dan bagi negara pada umumnya," sambung Henri.