Menlu Inggris Sampaikan Belasungkawa Atas Musibah Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyampaikan duka mendalam atas musibah jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Dilansir dari Kompas.TV, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memprediksi pesawat Sriwijaya Air jatuh dalam keadaan utuh dan bukan meledak di udara.
Pecahnya pesawat diperkirakan terjadi ketika badan pesawat bertabrakan dengan permukaan air.
Ketika dihubungi Kompas TV melalui sambungan telepon dalam program Breaking News, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan serpihan pesawat Sriwijaya Air ditemukan dalam kondisi normal.
Baca juga: Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Perairan Kepulauan Seribu juga Diberitakan Media Jepang
Kondisi normal yang dimaksudkannya, dalam artian tidak ada indikasi kehancuran yang tidak wajar.
“Memang hancur, tapi hancur natural karena benturan ke air. Sejauh ini yang dilihat bukan karena ledakan di udara. Hancurnya natural karena benturan di air,” ujarnya dalam Program Breaking News di Kompas TV, Minggu (10/1/2021) malam.
Menurutnya, hal ini terlihat dari puing Sriwijaya Air yang berkumpul di satu titik.
Sedangkan jika terjadi ledakan di udara, maka puing yang ditemukan akan menyebar di area yang luas.
Namun demikian, hal ini masih harus dikonfirmasi dengan pembacaan black box.
Saat ini, titik lokasi black box sudah diidentifikasi dan pencarian akan terus dilanjutkan pada hari Senin (11/01/2021).
Menurut Soerjanto, keberadaan black box ini sangat vital untuk mengungkap bagaimana terjadinya kecelakaan Sriwijaya Air.
Baca juga: Detik-detik Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh, Warga Dengar Dentuman Keras, Kaca Rumah Bergetar
“Kita bisa tahu pasti parameter apa yang aneh dan di luar normal. Kita bisa tahu pilotnya ngomong apa, untuk dilakukan analisa. Jadi keberadaan black box itu vital,” tambahnya.
Soerjanto menambahkan, saat ini proses pencarian puing masih terus berlanjut.
Nantinya puing yang ditemukan akan diterima di Demaga JICT dan kemudian disimpan dan diinventarisasi di Tanjung Priok dan disimpan di fasilitas milik Ditjen Laut Kementerian Perhubungan.
Kemudian sesuai prosedur, akan dilakukan diskusi setelah black box sudah ditemukan dan datanya bisa terbaca.