Tiga Kemungkinan Pemicu Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Perairan Kepulauan Seribu
Budhi Muliawan menjelaskan penyebabnya bisa karena murmi kesalahan manusia (human error), teknis atau masalah cuaca.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat penerbangan Budhi Muliawan Suyitno mengungkap sejumlah kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, empat menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1/2021) siang.
Budhi Muliawan Suyitno yang nantan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menjelaskan penyebabnya bisa karena murmi kesalahan manusia (human error), teknis atau masalah cuaca.
“Kita harus berpikir sebagai investigator kira-kira dugaan apa yang paling memungkinkan. Bisa saja karena faktor kesalahan manusia (human error)."
"Bisa juga karena teknik yang diawali oleh manusia dan yang lainnya karena cuaca,” ujar mantan Menteri Perhubungan di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketika dihubungi Tribunnews.com, Minggu (10/1/2021).
Baca juga: Ragam Cerita Keluarga Korban Penumpang dan Awak Kabin Pesawat Jatuh Sriwijaya Air SJ 182
Untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya rute Jakarta-Pontianak itu, menurut dia, harus melihat secara ke
Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air SJY182 yang Jatuh Sudah Berumur 26,7 Tahun, Dioperasikan Sejak 2012
seluruhan karena bukti-bukti yang ditemukan dari lapangan masih sangat minim.
Baca juga: Cerita Keluarga Tentang Captain Afwan Jelang Penerbangan Terakhirnya, Minta Maaf dan Baju Kusut
Namun kata dia, kalau melihat data awalnya, pesawat Sriwijaya yang jatuh ini sudah beroperasi sejak lebih dari 26 tahun yang lalu.
“Kemudian kita bisa menyelidiki track record pesawat ini dari pengoperasiannya dari catatan perawatannya secara konsisten dilakukan apa tidak,” jelasnya.
Baca juga: Kisah Rombongan Selamat dari Maut, Gagal Terbang Naik Sriwijaya Air Lantaran Tak Bawa Bukti Tes PCR
“Apalagi selama pandemi ini banyak pesawat-pesawat yang grounded, pesawat-pesawat yang tinggalnya di lapangan, tidak beroperasi. Apakah waktu dioperasikan kembali telah memenuhi persyaratan kelayakan udara dan perawatan,” tegasnya.
Hal ini kata dia, bisa dicek dibuku perawatan dan pengoperasian pesawat.
Begitu juga imbuh dia, bisa dicek training terakhir yang dilakukan oleh pilot pesawat yang menerbangkan Sriwijaya Air SJ182.
“Jadi masih sangat luias sekali dugaannya,” jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Surjanto Tjahjono mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menerjunkan Kapal Riset (KR) Baruna Jaya dalam proses pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang kontak pada Sabtu, (9/1/2021).
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan BPPT Kapal Baruna untuk diterjunkan bila diperlukan," katanya dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu, (9/1/2021).
Selain itu KNKT sudah menyiapkan peralatan bawah laut untuk melakukan pencarian pesawat yang diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu tersebut.
KNKT fokus mencari kotak hitam atau black box pesawat yang berisi rekaman dan data penerbangan.
"Sudah ada beberapa peralatan untuk underwater recovery, mempersiapkan untuk operasional besok mencari black box," katanya.
KNKT, menurutnya, saat ini sudah mengumpulkan sejumlah informasi mengenai pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan kode 8735 PKCLC Soeta-Pontianak tersebut.
Selanjutnya KNKT akan berkoordinasi dengan Basarnas untuk mencari keberadaan kotak hitam pesawat.
"Mengikuti koordinasi dengan Basarnas. perlu kami sampaikan bahwa memang KNKT dalam rangka mengumpulkan semua informasi dari masyarakat," pungkasnya.(*)