Mengenang Syekh Ali Jaber: Saya Ingin Membina Tunanetra Agar Muncul Muazzin, Qari, Bahkan Imam Salat
Jauh sebelum mendapat undangan sebagai penceramah peringatan 16 tahun Tsunami Aceh, Syekh Ali Jaber sudah pernah datang ke Banda Aceh pada medio 2017.
Editor: Dewi Agustina
Meski pada awalnya apa yang ia jalani adalah keinginan sang ayah, lama-kelamaan ia menyadari itu sebagai kebutuhannya sendiri.
Tidak mengherankan, di usianya yang masih terbilang belia, sebelas tahun, ia telah hafal 30 juz Alquran.
Sejak itu pula Syaikh Ali memulai berdakwah mengajarkan ayat-ayat Allah SWT di masjid tersebut, kemudian belanjut ke masjid lainnya.
Selama di Madinah, ia juga aktif sebagai guru tahfizh Alquran di Masjid Nabawi dan menjadi imam salat di salah satu masjid kota Madinah.
Dilansir melalui kanal YouTube Data Fakta, berikut ini fakta lebih jauh mengenai sosok sebenarnya serta bagaimana sepak terjang Syekh Ali Jaber di Indonesia.
Baca juga: Syekh Ali Jaber Meninggal Dunia, Legislator PKS: Kita Kehilangan Dai Pemersatu Umat
Hafal Alquran Sejak Kecil
Sejak kecil Syekh Ali Jaber telah tekun dalam membaca Alquran.
Ayahnya mendidik dengan keras dalam mengajarkan agama Islam terutama menghafal Alquran.
Bahkan ayah Syekh Ali Jaber tak segan-segan untuk memukulnya bila tak menjalankan ibadah.
Sehingga tak heran jika di usia yang masih belia yaitu 11 tahun, Syekh Ali Jaber telah hafal Alquran.
Syekh Ali Jaber mulai masuk sekolah dasar Ibtidaiyah pada 1989.
Setelah tamat, Syekh Ali Jaber melanjutkan ke sekolah menengah yakni Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah (995-1997).
Di Madinah, keluarga Syekh Ali Jaber memiliki masjid besar yang digunakan orang tuanya untuk menyebarkan syiar Islam.
Sebagai anak pertama dari 12 bersaudara, Syekh Ali Jaber dituntut oleh keluarga besarnya untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam menyiarkan agama Islam.