Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PKS: Jangan Gunakan Pendekatan Kekuasaan untuk Sukseskan Vaksinasi Covid-19

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mulyanto menyesalkan pernyataan pejabat pemerintah yang mengancam masyarakat yang menolak vaksinasi Covdid-19. 

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Choirul Arifin
zoom-in PKS: Jangan Gunakan Pendekatan Kekuasaan untuk Sukseskan Vaksinasi Covid-19
Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev
Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19 dalam program vaksinasi massal secara gratis di Indonesia, di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (13/1/2021) pagi. Vaksin yang disuntikkan kepada Presiden Jokowi adalah vaksin CoronaVac buatan Sinovac Life Science Co Ltd yang bekerja sama dengan PT Bio Farma (Persero). Sebelum disuntik vaksin, Presiden Jokowi terlebih dahulu melakukan pendaftaran dan verifikasi data, serta penapisan kesehatan, antara lain pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah. Vaksinasi tersebut menjadi titik awal pelaksanaan vaksinasi nasional di Indonesia sebagai salah satu upaya penanganan pandemi Covid-19. Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mulyanto menyesalkan pernyataan pejabat pemerintah yang mengancam masyarakat yang menolak vaksinasi Covid-19.

Menurut Mulyanto, pemerintah tidak boleh menggunakan pendekatan kekuasaan untuk menyelenggarakan program vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat luas.

"Pemerintah jangan main ancam masyarakat dengan sanksi penjara paling lama satu tahun atau denda maksimal Rp 100 juta berdasarkan UU No. 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan bila menolak divaksin. Pasal itu sebenarnya tidak terkait dengan vaksinasi," kata Mulyanto melalui keterangannya, Kamis (14/1/2021).

"Pemerintah juga sebaiknya jangan takuti masyarakat dengan mendesak MUI menetapkan fatwa wajib vaksinasi untuk kaum Muslimin, sebagaimana disampaikan Wapres kepada media," imbuhnya.

Baca juga: Cerita Vaksinasi Covid-19 di Istana, Tekanan Darah Diukur, Tak Merasakan Sakit Apa-apa

Mulyanto meminta pemerintah lebih mengedepankan pendekatan etis-persuasive melalui berbagai sarana sosialisasi dan edukasi publik. 

Politikus senior PKS itu ingatkan pemerintah jangan otoriter soal vaksinasi ini.  

Baca juga: Usai Divaksin Covid-19, Raffi Ahmad Dikecam Netizen, Berkerumun Tak Pakai Masker

Berita Rekomendasi

"Walaupun dapat dipahami bahwa vaksinasi Covid-19 ini ditujukan untuk melindungi kesehatan komunitas namun karena vaksin itu sendiri disuntikan langsung ke tubuh orang dan dapat menimbulkan risiko individual pada orang tersebut, maka proses vaksinasi ini harus dikembalikan kepada kerelaan setiap individu masing-masing.  Tidak bisa main paksa," ucap Mulyanto. 

Baca juga: Sekjen MUI: Vaksinasi dan Disiplin Prokes Adalah Bagian Ikhtiar Umat

Lebih lanjut, Mulyanto minta pemerintah untuk lebih gencar mensosialisasikan penting dan urgennya vaksinasi daripada menebar ancaman. 

Sebab bisa jadi, selama ini masyarakat terlanjur percaya pada informasi negatif tentang vaksin produksi China itu. 

Karenanya, kata Mulyanto, sangat wajar kalau masyarakat resisten atau menolak untuk ikut vaksinasi.

Mulyanto menambahkan, keraguan itu juga bisa jadi karena selama ini proses pengadaan vaksin Covid-19 oleh pemerintah terkesan grasa-grusu. 

Vaksin Sinovac dari Cina sebanyak 3 juta dosis sudah dibayar, tiba di Indonesia dan didistribusikan ke daerah-daerah dengan berbagai seremoni. 

Padahal uji klinis tahap 3 saja belum selesai; izin edar dari BPOM belum ada, palagi fatwa MUI tentang kehalalannya juga belum diputuskan. 

Belum lagi dari aspek ekonomi-kesehatan, muncul pertanyaan kenapa harus vaksin Sinovac. Memang tidak ada vaksin merek lain yang lebih baik.

"Atas rentetan semua peristiwa itu, maka menjadi wajar kalau masyarakat bertanya-tanya, ragu dan kemudian khawatir akan khasiat, keamanan dan kehalalan vaksin ini. Sebab ini terkait dengan resiko individual yang akan mereka terima," pungkas Mulyanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas