Sosok Polwan Bintang 1, Ida Utari yang Diboyong Listyo Sigit saat Jalani Fit and Proper Test
Ida Utari, Polwan berpangkat jenderal yang ikut dampingi Listyo Sigit Prabowo saat fit and proper test bukan sosok sembarangan.
Penulis: Theresia Felisiani
"Dimanapun nantinya ditempatkan, saya siap. Kami Polwan harus punya warna dan berarti bagi masyarakat. Itu yang terpenting," tegas Ida Utari.
Selanjutnya Ida Utari juga mengimbau seluruh Polwan di Indonesia agar tekun melakukan tanggung jawab dan tugasnya.
"Rekan-rekan Polwan, bekerjalah dengan tekun. Jangan lupa sekolah, tempuh sekolah dengan baik. Diiringi dengan doa dan kerja iklas," imbuhnya.
Baca juga: Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Siap Tampung Lulusan Madrasah Aliyah Jadi Anggota Polri
Baca juga: Masa Lalu Calon Kapolri Listyo Sigit Prabowo Dibongkar Guru SMA, Pernah Satukan Jawara Se-Banten
Jadi Kapolri, Listyo Sigit Diminta Perhatikan Nasib Polwan
Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Partai NasDem Eva Yuliana mendukung tagline yang diusung Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo dalam fit and proper test yakni PRESISI, Rabu (20/1).
"Saya mengapresiasi komitmen Pak Sigit dalam paparan fit and proper test ini. PRESISI menjadi langkah yang tepat untuk menjawab tantangan Polri masa kini," ujar Eva, di Ruang Rapat Komisi III DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (20/1/2021).
Eva sendiri meminta kepada Listyo Sigit Prabowo selalu Kapolri, memperkuat peran strategis Polisi Wanita (Polwan) di tubuh Polri untuk ke depannya.
Menurutnya, jika sudah resmi menjadi Kapolri, Listyo Sigit Prabowo harus memberi atensi lebih dalam menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi di jajaran Polwan.
Sebab, penataan karier dan penguatan kompetensi bagi Polwan, kata dia, sejauh ini relatif jomplang.
"Berdasar kajian dan data yang ada, sebagai contoh perbandingan, penegakan hukum di bidang reserse antara polwan (wanita) dan polisi (laki-laki) baru berkisar 1:10 (satu perempuan untuk setiap 10 laki-laki). Belum lagi di bidang intelejen yang hanya 1:16, demikian pun di densus 88 juga 1:16," jelasnya.
Politikus Nasdem itu menilai kesenjangan tersebut seharusnya menjadi perhatian lebih bagi calon tunggal Kapolri. Pasalnya, kesempatan perempuan untuk menjadi Taruni Akpol sudah dilaksanakan sejak tahun 2003. Demikian pun dengan kesempatan perempuan lain untuk menjadi Polwan melalui SIPSS dan jenjang karir lainnya.
“Saya berharap hal ini perlu diperhatikan betul dan lebih tingkatkan. Pasalnya, peran strategis Polwan di dalam tubuh Polri ke depan sangatlah vital," ujarnya.
"Tuntutan zaman bagi Polri untuk memberikan layanan publik di bidang keamanan dan ketertiban sosial nantinya pasti akan terus berkembang. Terutama, dalam konteks ini, layanan publik terkait persoalan atau pun kasus-kasus perempuan dan anak.
Tentu akan sangat berbeda ketika pendekatan dan kapasitas seorang Polwan yang menjadi garda terdepan pelayanan,” ungkap dia.