Heri Terbayang Wajah Almarhumah Agus Minarni Saat Tabur Bunga di Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ182
Keduanya, kata Heri, menginap sambil menunggu hasil tes usap PCR sebagai syarat untuk ke Pontianak.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
"..Mungkin hari ini
Hari esok atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski kumasih harapkanmu.."
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Potongan lagu yang dipopulerkan Anneth Deliecia mengiringi Heri Purnomo, adik sepupu dari korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Agus Minarni, ketika menabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat tersebut dari atas KRI Semarang pada Jumat (22/1/2021).
Seraya kelopak-kelopak mawar yang ditaburkannya jatuh ke permukaan air, terbayang di benak Heri wajah kakak sepupunya tersebut.
Terlebih selama empat hari sebelum pesawat tersebut dikabarkan jatuh, Minarni dan suaminya Muhammad Nurkholifatul Amin yang juga jadi korban, menginap di kediaman Heri di Cibubur Jakarta Timur.
Keduanya, kata Heri, menginap sambil menunggu hasil tes usap PCR sebagai syarat untuk ke Pontianak.
Selama empat hari terakhir itulah, kata Heri, mereka berdua berada di rumah Heri.
Baca juga: Usai Tabur Bunga di Lokasi Jatuhnya SJ 182, Dirut Sriwijaya Air: Saya Pribadi Terpukul
Selama itu pula, kata Heri, keduanya berbagi canda dan cerita siang malam.
Heri pun tak menyangka ketika mengantar keduanya pergi ke Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta itu merupakan pertemuan terakhir mereka.
"Terus terang saat menabur bunga wajah kakak saya itu terbayang sekali. Air mata terus mengalir terutama pada saat kami melihat permukaan air. Seakan-akan wajah mereka berdua terbayang di permukaan air itu," kata Heri di atas KRI Semarang.
Heri mengatakan saat ini Minarni telah berhasil diidentifikasi dan telah dimakamkan di Mempawah Kalimantan Barat pada Sabtu malam pekan lalu.
Agus yang datang bersama adik kelima Nur Kholifatul Amin, Azwar Mubarok, berharap agar Nur bisa segera diidentifikasi oleh Tim DVI RS Polri sehingga bisa dikebumikan dengan layak.
Meski begitu, ia mengaku telah pasrah dengan takdir yang diberikan Tuhan.
Baginya, tragedi nahas yang merenggut dua orang anggota keluarganya tersebut memberi hikmah betapa lemahnya manusia.
"Dari musibah ini hikmahnya adalah bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa mengontrol kehidupannya sendiri. Ada Zat Yang Maha Kuasa yang mengatur semua. Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi. Memang ajal adalah sesuatu yang pasti. Dan normalnya manusia menginginkan pertemuan dengan ajalnya itu dalam kondisi yang baik, yang dapat diterima. Tapi dengan jalan ini ya, ini menegaskan kepada semua manusia bahwa manusia tidak ada kemampuan apapun, semua atas kehendak Allah, atas kekuasan Allah," kata Heri.