Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BPPT dan Eijkman Kembangkan Peralatan Canggih Pengukur Antibodi Hasil Vaksinasi

Sejauh ini banyak pihak yang ingin mengetahui efektivitas serta kadar antibodi pada tubuh setelah mengikuti vaksinasi covid-19.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Willem Jonata
zoom-in BPPT dan Eijkman Kembangkan Peralatan Canggih Pengukur Antibodi Hasil Vaksinasi
ist
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan LBM Eijkman bekerjasama untuk menghasilkan peralatan yang dapat mengukur kadar antibodi hasil vaksinasi.

Alat ini dapat mengukur kadar antibodi pada tubuh sebelum dan setelah divaksin.

"Kami akan mendukung program vaksinasi melalui upaya menghasilkan tes kit untuk mengukur kadar antibodi, baik sebelum maupun sesudah divaksin," ujar Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam Review Kinerja dan Outlook Kemenristek/BRIN di Graha Widya Bhakti Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (27/1/2021).

Bambang mengatakan sejauh ini banyak pihak yang ingin mengetahui efektivitas serta kadar antibodi pada tubuh setelah mengikuti vaksinasi covid-19.

Baca juga: Menristek: Vaksin Merah Putih untuk Jaga Keberlangsungan Herd Imunity

Baca juga: Alternatif Tes Deteksi Covid-19, Menristek Kembangkan Pemeriksaan Sampel Air Liur

Kehadiran alat ini diharapkan dapat menjawab rasa ingin tahu tersebut. Melalui alat ini, masa bertahannya antibodi hasil vaksinasi akan dapat diketahui.

"Tentunya kita ingin tahu apakah setelah divaksin apakah antibodi kita muncul, dan kita juga harus punya tes kit ini untuk mengetahui setelah 6 bulan, setahun, apakah antibodi itu masih ada," ungkap Bambang.

Berita Rekomendasi

Lebih jauh, Bambang mengatakan, melalui alat ini dapat diketahui apakah seseorang harus mengikuti proses vaksinasi ulang atau tidak.b

"Kalau tidak ada antibodi, tentunya harus ada revkasinasi atau booster yang dibutuhkan, dan itu hanya bisa diketahui kalau kita mengembangkan tes kit ini dan itu yang sedang dikembangkan di Kemenristek/BRIN, terutama oleh Eijkman bekerja sama dengan BPPT," pungkas Bambang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas