CEO Tribun Network Sebut Relevansi Jadi Kunci Bagi Media Bertahan di Era Digital
CEO Tribun Dahlan Dahi mengatakan bisnis media digital bukan hanya soal konten semata, tetapi bagaimana kemampuan melihat relevansi.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Tribun Network Dahlan Dahi mengatakan bisnis media digital bukan hanya soal konten semata.
Menurutnya, bisnis media digital adalah kemampuan melihat relevansi.
Hal tersebut diungkapkan Dahlan Dahi dalam diskusi Hari Pers Nasional 2021 bertema 'Jurnalisme Berkualitas: Menguatkan Keberlanjutan Profesi Wartawan Dan Penerbitan Pers Guna Menyehatkan Demokrasi di Tengah Gempuran Disrupsi Digital.
Dahlan Dahi mengatakan, sejak media memasuki dunia digital, sasaran khalayak semakin luas.
Baca juga: Webinar HP x Tribunnews Jawab Tantangan Smart Office di Era Pandemi
Dulu saat plaform cetak atau koran sasaran khalayak hanya berada pada angka sekitar 15 juta pembaca.
Namun, memasuki dunia digital sasaran khalayak bisa mencapai 50 sampai 180 juta.
Sasaran ini jauh lebih besar lantaran mengikuti angka masyarakat yang terjangkau teknologi.
"Jadi relevansi ini yang kita cari. Konten yang kita buat relevan kepada siapa," ujar Dahlan Dahli saat menjadi pembicara dalam diskusi yang digelar secara daring, Minggu (7/2/2021).
Banyak perbedaan relevansi antara khalayak di media cetak dan media digital, misalnya pada media cetak pembaca didominasi golongan senior di atas 35 tahun.
Baca juga: Lauching TribunPalu.com, BPOM Edukasi Vaksinasi Covid-19
Namun, pada pada media digital, khalayak didominasi generasi milenial.
Begitu juga dengan relevansi berdasarkan jenis kelamin antara media cetak dan media digital berbeda.
"Apabila dulu pembaca koran didominasi pria, sekarang ini media digital justru didominasi pemirsa perempuan," ujarnya.
Selain itu, berdasarkan pengalamannya terdapat relevansi berbeda antara daerah di Indonesia, misalnya Tribun Manado belum tentu relevansi dengan pembaca di Bali.
Baca juga: Luncurkan Tribunpalu.com, Tribun Network Target Kembangkan Media Hingga Papua
Sementara pakar media massa Eriyanto juga sepakat bahwa disrupsi media bukan hanya memindahkan konten cetak ke online.
"Jadi bagaimana media bisa bertahan di era digital bukan sekadar konten tapi terkait dengan perubahan model bisnis," kata Eriyanto.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.