Popularitas Demokrat dan AHY Melejit Sejak Isu Kudeta, Pengamat : Populer Saja Tak Cukup
Pengamat ingatkan Demokrat, populer saja tak cukup dalam dunia politik, harus bisa mengkonversi popularitas menjadi elektabilitas.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Popularitas dan favorabilitas Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Partai Demokrat melejit semenjak isu kudeta partai itu mengemuka.
Terkait hal itu, analis politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan meningkatnya popularitas Demokrat dan AHY wajar, sebab, isu itu tersebut sedang 'happening' sehingga menjadi perhatian publik.
"Popularitas itu didasarkan pada isu yang sedang berkembang. Apa yang lagi happening, itulah yang ada dibenak publik."
"Dalam seminggu ini porsi pemberitaan soal AHY dan Demokrat berlimpah karena isu kudeta," ujar Adi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (8/2/2021).
Baca juga: Wow, Popularitas Partai Demokrat dan AHY Melejit Sejak Kasus Kudeta Terkuak
Namun, Adi mengingatkan partai berlambang mercy itu untuk tak berpuas diri melihat popularitasnya meningkat.
Karena, menurutnya populer saja tak cukup dalam dunia politik.
Semua akan sia-sia, kata Adi, jika Demokrat tak bisa mengkonversi popularitas itu menjadi elektabilitas.
"Dalam politik, populer saja tak cukup, tapi harus bisa dikonversi jadi elektabilitas. Di situlah Demokrat harus fokus ke depan. Setelah jadi konsumsi pemberitaan, lalu apa?" ungkapnya.
Terlebih lagi, Adi menilai masyarakat saat ini masih belum dapat dipastikan menanggapi isu kudeta Demokrat secara positif ataupun negatif.
"Saat ini publik terbelah dalam menyikapi isu kudeta demokrat. Terjadi tauran opini, jadi belum ketahuan siapa yang lebih kuat. Harus ada alat ukur yang objektif," tandasnya.
Baca juga: Demokrat: Sejak Konferensi Pers AHY, Upaya Peretasan terhadap Kami Meningkat Drastis
Sebelumnya diberitakan, Popularitas dan favorabilitas Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Partai Demokrat melejit semenjak isu kudeta partai itu mengemuka.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPP Partai Demokrat Tomi Satryatomo dalam diskusi Proklamasi Democracy Forum bertajuk 'Prahara Hostile Take Over Partai Politik Dalam Arena Demokrasi' secara virtual, Minggu (7/2/2021).
Tomi menjelaskan, pihaknya membuat riset dengan cara memetakan pertarungan narasi upaya pengambilalihan paksa, menggunakan tools yang disebut sebagai social network analysis.
"Kita lihat popularitas dan favorabilitasnya. Kita buat dua periode supaya ada perbandingan," kata Tomi.
Tomi menguraikan, periode pertama dilakukan 7 hari sebelum AHY memberikan keterangan pers soal adanya upaya kudeta Partai Demokrat (24 Januari sampai 30 Januari).
Di waktu itu, popularitas Partai Demokrat berada pada urutan ketiga
"Tapi pada tanggal 31 januri sampai 6 Februari popularitasnya melejit jauh di atas 70 ribu dan favorabilitasnya pun naik jauh mengatasi partai-partai lain," ucap Tomi.
"Jadi Partai Demokrat menjadi populer dan pada saat yang sama orang suka pada Partai Demokrat terjadi lonjakan popularitas dan favorabilitas baik dalam pemberitaan maupun percakapan," ujarnya.
Baca juga: Kepemimpinan AHY Dipertanyakan, Demokrat: Sangat Tidak Berdasar
Terkait dengan popularitas AHY, pada 24 Januari hingga 30 Januari berada di posisi keempat, di bawah gubernur se-Jawa itu, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Sementara, popularitas Moeldoko (sebagai pihak eksternal yang diduga terlibat kudeta Demokrat) berada di posisi paling bawah.
Pada 7 hari berikutnya, lanjut Tomi, posisi AHY melejit melampaui tokoh-tokoh yang lain.
Begitupun dengan Moeldoko, namun Kepala Staf Kepresidenan itu memiliki favorabilitas yang rendah dibanding AHY.
"Kenapa Moeldoko melejit karena kita tadi melihat ada upaya-upaya akun anonimous untuk mendogkrak popularitasnya Pak Moeldoko," ujarnya.
"Bisa disimpulkan bahwa 7 hari pemantauan kemarin baik Partai Demokrat maupun ketum AHY itu menjadi media daring dibandingkan dengan partai-partai lain, dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain," katanya.
PDIP: Isu Kudeta Mungkin Terinspirasi Popularitas Drakor
Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat pun angkat bicara terkait popularitas Demokrat dan AHY yang melejit.
"Mantap dong (popularitasnya meningkat, - red)," ujar Djarot, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (8/2/2021).
Djarot juga tak menutup kemungkinan mengenai isu kudeta hanya dimainkan agar partai berlambang mercy dan nama AHY tersebut mendulang popularitas.
Hanya saja, mantan Gubernur DKI Jakarta itu berharap dugaan tersebut salah dan keliru. Djarot juga menyebut isu kudeta yang diduga dimainkan Partai Demokrat terinspirasi oleh drama korea (drakor).
"Saya ucapkan selamat dan sukses dalam memainkan isu kudeta yang mungkin saja, mudah-mudahan saya keliru, terinsipirasi sama popularitas drakor," kata Djarot.
PKS: Isu Kudeta Jika Ditangani dengan Baik Bisa Bawa Insentif Politik
Sementara itu, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menilai wajar melejitnya popularitas Partai Demokrat dan AHY.
Sebab isu kudeta dapat memberikan keuntungan jika ditangani dengan baik.
"Isu kudeta jika ditangani dengan baik bisa membawa insentif politik."
"Tapi memang perlu isu yang lebih direct bermanfaat bagi masyarakat," ujar Mardani, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (8/2/2021).
Mardani menegaskan banyaknya ketua umum partai politik yang memiliki popularitas tinggi justru bagus bagi demokrasi.
Hal itu, kata anggota Komisi II DPR RI tersebut, akan memunculkan pertarungan yang sehat dalam demokrasi.
"Bagus kalau banyak Ketua Umum Partai punya popularitas yang tinggi, akan ada pertarungan yang sehat."
"Tapi PKS akan terus fokus untuk #BersamaMelayaniRakyat," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.