Secercah Harapan Bapak Milenial Pengguna KPR BTN Kala Pandemi
Program-program di tengah pandemi membuat pengguna KPR BTN merasa diringankan, termasuk soal angsuran cicilan rumah bulanan
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM – Ingatan Dodi Bangun Raharjo seakan kembali ke empat tahun lalu. Waktu di mana lakunya dituntun pada sebuah hunian di pinggir kota tak jauh dari tempatnya mengadu keringat.
Papan baliho bertulis Akan Segera Dibangun Rumah Subsidi membuatnya bergariah. Si bujang kemudian menyempatkan waktu menuju calon lokasi perumahan, sekitar 2 kilometer dari Kota Solo.
“Sampai di lokasi sepertinya cocok, apalagi lihat site plan bangunan tambah yakin. KPR BTN sesuai, ya langsung ambil,” celetuk pria kelahiran 1992 itu.
Selangkah lagi memantapkan keinginannya memiliki rumah di usia 25 tahun, Dodi membereskan semua persyaratan. Satu per satu dokumen ia kumpulkan lalu diantarnya ke pusat bank.
Baca juga: Gairahkan Pasar Properti, BTN Tawarkan Suku Bunga KPR 4,71 Persen
Dodi saat itu berambisi harus memiliki rumah yang diincarnya. Karena baginya, harga dan angsuran yang ditawarkan memang tidak ada duanya.
Selain mendapat keringanan berupa subsidi dari Pemerintah, suku bunga angsuran yang dibayarkan setiap bulan diungkapnya tak berubah hingga akhir angsuran alias flat.
Kendati ia harus berkorban 40 persen dari gajinya untuk mencicil angsuran, namun Dodi tetap teguh pendirian memliki rumah subsidi di Perumahan Pesona Tapan, Ngemplak, Boyolali.
“Dibilang nekat iya, tapi nekat yang analitik, pakai hitung-hitungan,” ucapnya.
Baca juga: Di Tengah Pandemi, BTN Raup Keuntungan Rp 1,60 Triliun
Faktor aji mumpung juga membuatnya ingin berpindah dari kontrakan Rp 600 ribu per bulan yang ia tempati semasa kuliah hingga bekerja. Ia memperhitungkan, lebih baik mengangsur Rp 800 ribuan per bulan untuk rumah sendiri daripada untuk kontrakan.
Tak butuh waktu lama, akhirnya waktu akad tiba. Ia resmi memiliki hunian sebelum tanggal pernikahannya datang.
“Jadi saya sebelum punya rumah itu sudah menentukan tanggal pernikahan, syukur syukur sebelum menikah sudah punya rumah,” kata dia kemudian tersenyum.
Kenangan tersebut ia ceritakan kala ditemui Tribunnews.com pada Kamis (18/2/2021). Bukan tanpa sebab, bagian dari kisah pertama memiliki rumah dilakukan dengan penuh perjuangan itu. Hal itu yang membuatnya bersemangat menjalani kehidupan, termasuk kala pandemi Covid-19 menyerang.
Berbeda saat 2017 atau tahun-tahun awal memiliki rumah, 2 tahun terakhir ini ia memilih berwirausaha di bidang kain potong. Otomatis pandemi sangat berdampak bagi penghasilannya per bulan.
Yang paling kentara adalah pada Maret 2020 pandemi merebak. Ia dan istri hingga harus membanting tulang demi mengangsur biaya cicilan rumah.
Seperti mendapat pencerahan, akhirnya BTN mengeluarkan program restrukturisasi atau keringanan angsuran KPR bagi wiraswasta seperti dirinya.
“Langsung saya proses saya ajukan syarat-syaratnya, tidak lama langsung dihubungi dan disetujui mendapat keringanan. Saya bebas angsuran selama 11 bulan,” ujar bapak yang kini memiliki seorang bayi 2 tahun itu.
Dodi mengakui, restrukturisasi sangat membantu dirinya mengandalkan hasil pesanan potongan kain yang tak menentu. Bahkan kala pandemi penghasilannya bisa menurun drastis.
Mendapat kesempatan bebas angsuran sejak Mei 2020 lalu, April 2021 nanti akan menjadi tanda kembalnya kewajiban angsuran cicilan rumah meski pandemi belum berakhir.
Namun dirinya tegas dan bersiap diri untuk melanjutkan kewajibannya sebagai pengguna KPR BTN untuk mengangsur cicilan rumah. “Sudah siap dan bisa mengangsur, harus berterimakasih karena sudah diberikan keringanan,” jelasnya.
Di sisi lain terkait program-program, ia mengapresiasi dan menyambut baik fasilitas yang diberikan BTN dan Pemerintah. Termasuk harga rumah subsidi, angsuran suku bunga flat dan spesifikasi rumah yang menurutnya mumpuni. “Puas walau subsidi tapi sudah bagus,” imbuhnya.
Ke depan ia berharap, BTN dapat melanjutkan dan meningkatkan program KPR BTN agar dapat meringankan masyarakat dan juga milenal yang ingin memiliki hunian menyambut masa depan.
Strategi BTN Gempur Pandemi
Baca juga: Selama Satu Tahun, BTN Salurkan KPR Subsidi Senilai Rp 120,7 Triliun
Branch Manager BTN Kantor Cabang Solo, Doni Rinaldo, menjelaskan, BTN menyediakan program restrukturisasi KPR BTN bagi para pengguna terdampak pandemi.
Di Solo Raya, terdapat total 2.338 debitur, lalu sebanyak 236.165 debitur skala nasional.
“Pengajuan restrukturisasi bisa secara online maupun offline, selama berkas pengajuan lengkap langsung dapat diproses, jangka waktu restrukturisasi kredit selama pandemi 6-12 bulan,” paparnya.
Pandemi, kata Doni, juga menyebabkan kondisi sektor perumahan di Solo Raya sejak Maret 2020 mengalami penurunan untuk perumahan High End (kelas atas) dengan rentang harga 500 juta keatas. Dimana konsumen perumahan di segmentasi ini adalah konsumen dengan sumber penghasilan dari wirausaha (Non Fixed Income) atau terdampak pandemi terdampak secara langsung.
“Tetapi untuk sektor rumah subsidi mengalami peningkatan,” tegas dia.
Lantas menjawab strategi untuk memerangi pandemi, BTN dikatakannya bersiap melalui “Skenario The New Normal”, strategi ini dimaksudkan sebagai strategi adaptif Bank BTN di masa pandemi.
Program tersebut di antaranya seperti, pembukaan outlet-outlet dengan jam operasional yang disesuaikan dengan zona dari kebijakan pemerintahan setempat sehingga nasabah Bank BTN tetap dilayani oleh masing-masing outlet terdekat.
Lalu program digitalisasi pengajuan KPR melalui website www.btnproperti.co.id sehingga memudahkan masyarakat untuk mengajukan KPR ke Bank BTN tanpa harus langsung datang ke Kantor Cabang sehingga dapat mencegah penularan virus covid-19, dan masih banyak lagi program lainnya.
Adapun dalam menjalankan komitmen sebagai mitra utama dalam pembiayaan perumahan, Bank BTN tidak pernah absen sebagai Bank Pelaksana dalam menyalurkan KPR Subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Baik dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, Subsidi Selisih Bunga maupun BP2BT.
Tidak heran, Bank BTN menjadi penguasa pasar KPR subsidi (konvensional maupun syariah) BTN secara kumulatif hingga tahun 2020 mencapai 85,3%. Sementara di segmen KPR secara nasional, Bank BTN menguasai pangsa pasar sebesar 40% (data per September 2020).
“Sektor properti menjadi satu sektor yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi yang saat ini sedang diupayakan Pemerintah, Bank BTN yang berada dalam ekosistem properti berkomitmen mendorong seluruh stakeholder untuk memanfaatkan momentum kebangkitan ekonomi,“ kata Plt Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP Napitupulu di Jakarta.
Satu upayanya adalah menjalankan visi misi Bank BTN sebagai the Best Mortgage Bank in South East Asia pada tahun 2025. Untuk itu, lanjut Nixon, Bank BTN harus menjadi pemimpin dan innovator di dalam kompetisinya dengan perbankan nasional.
“Tahun ini kami akan terus meningkatkan layanan perbankan kami, pandemi Covid-19, disrupsi memberikan kesempatan bagi kami untuk memacu performa layanan digital kami seperti banking from home dan aplikasi mobile banking serta meracik variasi produk KPR yang kami racik bersama produk cash management maupun produk tabungan kami untuk menarik nasabah agar lebih loyal terhadap Bank BTN,” kata Nixon.
Nixon berharap masyarakat makin akrab dengan Bank BTN tidak hanya sebagai Bank KPR tapi juga bank yang dapat memberikan solusi investasi dan layanan transaksi digital yang makin lengkap.
“71 Tahun BTN akan menjadi moment untuk kita bagaimana banyak masyarakat akan menjadikan BTN sebagai mitra dalam melayani kebutuhan perbankan mereka,” tegasnya.
Program Sejuta Rumah
Baca juga: BTN dan Kementerian PUPR Kerjasama Salurkan KPR Bersubsidi
Direktorat Jenderal Perumahan PUPR masih terus mewujudkan program sejuta rumah yang digalang Pemerintah.
Hingga akhir 2020, Ditjen Perumahan PUPR mencatat 965.217 unit rumah berhasil dicapai.
Jumlah tersebut di antaranya terdiri dari 772.324 untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan sebanyak 192.893 unit untuk Non-MBR.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menegaskan program sejuta rumah untuk mengatasi kekurangan perumahan (backlog) khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Menurutnya, melalui program ini setiap warga negara Indonesia dapat memiliki dan tinggal di rumah yang layak huni apalagi di masa pandemi Covid-19.
"Program Sejuta Rumah akan tetap dilanjutkan karena rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi,” ujar Menteri Basuki, Jumat (8/1/2021).
Direktur Jenderal Perumahan Khalawi Abdul Hamid menerangkan Program Sejuta Rumah akan terus digenjot meskipun di tengah situasi pandemi.
“Dari data yang kami miliki per tanggal 31 Desember 2020 lalu angka capaian Program Sejuta Rumah telah menembus angka 965.217 unit rumah," ujar Khalawi.
Capaian Program Sejuta Rumah tersebut terbagi menjadi pembangunan rumah untuk MBR sebanyak 772.324 unit dan rumah untuk non MBR sebanyak 192.893 unit.
Pembangunan rumah MBR yang dilaksanakan Kementerian PUPR terdiri dari rumah susun 787 unit, rumah khusus 1.575 unit, rumah swadaya 228.564 unit dan Dana Alokasi Khusus (DAK) 59.057 unit. Sehingga total mencapai 289.983 unit rumah.
Di samping itu pembangunan rumah MBR juga dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga lain 51.136 unit, Pemerintah Daerah 33.925 unit, pengembang 388.639 unit, Program Corporate Social Responsibility (CSR) 3.681 unit dan masyarakat 4.960 unit.
Sementara untuk non MBR dibangun oleh pengembang sebanyak 178.885 unit dan masyarakat 14.038 unit.
Sektor properti diharapkan dapat menjadi salah satu leading sector, karena memiliki multiplier effect yang besar dalam menggerakan lebih dari 140 industri seperti material bahan bangunan, genteng, semen, paku, besi, kayu, dan lainnya, sehingga akan mempengaruhi produktivitas masyarakat. (*)
(Tribunnews.com/ Chrysnha)