Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kabareskrim Agus Andrianto: Tangani Bom di Polrestabes Medan dan Sibolga Sampai Perkelahian Polisi

Kabareskrim baru Komjen Agus Andrianto punya segudang pengalaman, mulai dari kasus penistaan agama hingga bom di Polrestabes Medan dan Sibolga.

Penulis: Theresia Felisiani
zoom-in Kabareskrim Agus Andrianto: Tangani Bom di Polrestabes Medan dan Sibolga Sampai Perkelahian Polisi
Reza Deni/Tribunnews.com
Komjen Pol Agus Andrianto yang ditunjuk jadi Kabareskrim Polri. 

TRIBUNNEWS,COM, JAKARTA - Komjen Pol Agus Andrianto diangkat jadi Kabareskrim oleh Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Ini diketahui dari surat telegram Kapolri Nomor: ST/318/II/KEP./2021 perihal mutasi Polri pada Kamis (18/2/2021).

Sebelumnya Agus Andrianto menjabat sebagai Kabaharkam Polri.

Sementara itu, posisi Kabaharkam Polri akan ditempati Komjen Arief Sulistyanto.

Jabatan Komjen Arief sebelumnya yakni Kalemdiklat Polri.

Komjen Pol Agus Andrianto yang ditunjuk jadi Kabareskrim.  TRIBUNNEWS.COM/IST/FX ISMANTO
Komjen Pol Agus Andrianto yang ditunjuk jadi Kabareskrim. TRIBUNNEWS.COM/IST/FX ISMANTO (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/IST/FX ISMANTO)

Nama Agus Andrianto melejit saat Tangani Kasus Peninstaan Agama yang menjerat Ahok

Agus dikenal saat menangani kasus penistaan agama yang menjerat mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

BERITA REKOMENDASI

Kala itu, Agus menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim pada 2016.

Agus bersama jajarannya di Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri berhasil menangani kasus peninstaan agama hingga dilimpahkan ke Kejaksaan Agung dan dibawa ke meja hijau.

Ahok divonis 2 tahun penjara karena perbuatan penodaan agama yang terbukti dilakukannya saat melakukan kunjungan kerja pada 2016 di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

Dirunut dari awal kejadiannya, berikut ini beberapa poin utama terkait kasus hukum yang menjerat Ahok.

Tuduhan penistaan agama mengemuka setelah rekaman pidato kunjungan kerja Ahok di hadapan masyarakat Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, 27 September 2016.


Satu di antara kalimat dalam pidatonya dianggap menodai agama karena ia membawa satu ayat dalam Al Quran yang kemudian diartikan menghina.

"Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, enggak pilih saya karena dibohongi pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu merasa enggak bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh enggak apa-apa, karena ini panggilan pribadi Bapak Ibu," kata Ahok.

Pernyataan Ahok tentang Surat Al Maidah yang itu mendapat kecaman, sebab Ahok menganggap ayat Al Quran digunakan untuk membohongi orang demi kepentingan politik.

Bermacam laporan diajukan ke polisi, hingga akhirnya Bareskrim Polri menetapkan Ahok sebagai tersangka dalam dugaan penodaan agama pada 16 November 2016.

Polisi menetapkan Ahok sebagai tersangka setelah melakukan gelar perkara terbatas di Mabes Polri, sehari sebelum penetapan tersangka.

Rombongan penyidik Bareskrim Polri yang diketuai oleh Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Agus Andrianto, Jumat (25/11/2016) menyerahkan berkas perkara kasus dugaan penistaan agama dengan tersangka Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke Kejaksaan Agung (Kejagung).
Rombongan penyidik Bareskrim Polri yang diketuai oleh Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Agus Andrianto, Jumat (25/11/2016) menyerahkan berkas perkara kasus dugaan penistaan agama dengan tersangka Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke Kejaksaan Agung (Kejagung). (Theresia Felisiani)

Tangani Kasus Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan

Sebelum menjabat sebagai Kabaharkam, Agus Andrianto sempat menjadi Wakapolda Sumatera Utara pada 2017.

Ia menggantikan Brigjen Adi Prawoto yang diangkat menjadi kepala biro di Asrena Polri.

Kemudian pada 2018, Agus ditunjuk menjadi Kapolda Sumatera Utara, menggantikan Firli Bahuri yang dilantik sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ketika itu terjadi serangan bom bunuh diri di halaman parkir Mapolresta Medan, Rabu (13/11/2019) sekitar pukul 08.40 WIB.

Ledakan melukai empat polisi, seorang pekerja harian lepas di mapolresta dan seorang warga.

Sebanyak 23 tersangka terkait bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan telah diamankan Polda Sumatera Utara (Sumut)

Dua orang di antaranya menyerahkan diri ke Polsek Hamparan Pera, Deli Serdang, pada Minggu (17/1/2019).

Saat penggeledahan polisi mengamankan senjata rakitan, panah beracun, senjata tajam (sangkur), dan senapan angin.

Agus Andrianto mengatakan 23 tersangka teroris yang telah ditahan ternyata berlatih kuda dan memanah di Kabupaten Tanah Karo.

Namun, ia tidak menyebutkan lokasi pasti tempat pelatihan 23 teroris yang terlibat bom bunuh diri Medan.

"Sebelumnya mereka latihan juga di daerah Tanah Karo," kata Agus.

ledakan diduga bom di polretabes medan
ledakan diduga bom di polretabes medan (KompasTV)

Bom di Sibolga

Kembali kasus terorisme terjadi di Sumatera Utara, saat Agus Andrianto masih menjabat sebagai Kapolda Sumut.

Ledakan terjadi di Gang Sekuntum, Jalan Mojopahit, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara pada Selasa (12/3/2019)

Kejadian ini terjadi setelah Densus 88 Anti Teror melakukan pengembangan kasus terorisme di wilayah Sumatera Utara.

Terduga teroris yang ditangkap di Sibolga bernama Husain alias Abu Hamzah.

Namun, ketika kepolisian hendak melakukan penggeledahan di kediaman Husain, istri terduga teroris melakukan upaya perlawanan.

Ketika kepolisian bersama seorang warga hendak masuk ke kediaman Husain, sang istri menyambutnya dengan lemparan bom sehingga seorang anggota polisi dan paman dari istri terduga teroris tersebut mengalami luka cukup serius.

Anggota Brimob bersenjata berjaga di rumah warga yang rusak akibat ledakan bom bunuh diri yang dilakukan Solimah istri terduga teroris Husain alias Abu Hamzah di Kecamatan Sibolga Sambas, Sibolga, Sumatra Utara, Sabtu (16//3/2019). Aksi bom bunuh diri yang dilakukan Solimah pada Rabu (13/3) dini hari upaya penangkapan oleh Densus 88 tersebut menyebabkan sedikitnya 151 rumah warga rusak berat, sedang dan ringan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Anggota Brimob bersenjata berjaga di rumah warga yang rusak akibat ledakan bom bunuh diri yang dilakukan Solimah istri terduga teroris Husain alias Abu Hamzah di Kecamatan Sibolga Sambas, Sibolga, Sumatra Utara, Sabtu (16//3/2019). Aksi bom bunuh diri yang dilakukan Solimah pada Rabu (13/3) dini hari upaya penangkapan oleh Densus 88 tersebut menyebabkan sedikitnya 151 rumah warga rusak berat, sedang dan ringan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI (TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi)

Saat itu Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam kunjungan kerjanya ke Kota Sibolga pada Minggu, (17/3/2019), sejenak mengunjungi lokasi terjadinya ledakan bom yang berasal dari rumah terduga teroris yang telah ditangkap beberapa waktu lalu.

Lokasi kejadian yang dikunjungi Presiden itu tepatnya berada di Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Sekuntum, Kota Sibolga.

"Saya terus terang kaget sekali bahwa di Sibolga ini ada bom. Kenapa? Sejak kota ini didirikan 319 tahun yang lalu, Sibolga ini kota yang tenteram, kota yang aman, kota yang selalu damai. Tidak ada perpecahan, tidak ada saling menghujat antara satu dengan yang lain," kata Presiden Jokowi sesuai keterangan pers Biro Pers Istana Kepresidenan.

Kota berbilang kaum, demikian Kota Sibolga dijuluki, selama ini memang dikenal sebagai kota di mana masyarakatnya hidup rukun berdampingan meski berasal dari latar belakang yang berbeda.

Presiden Jokowi berharap, kejadian yang baru-baru ini terjadi itu tak lantas membuat semangat kerukunan dan persatuan masyarakat setempat menjadi luntur.

"Hubungan antarumat beragamanya sangat sangat baik, rukun, bersatu terus. Inilah ke depan yang terus harus kita jalin rasa persatuan kita, rasa kerukunan kita, rasa persaudaraan kita," kata Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengunjungi warga setempat yang tempat tinggalnya mengalami kerusakan akibat kejadian ledakan bom terduga teroris.

Presiden Joko Widodo meninjau lokasi bom Sibolga di Kelurahan Pancuran Bambu kecamatan Sibolga Sambas didampingi oleh Walikota Sibolga Drs H. M. Syarfi Hutauruk dan tokoh asal Sibolga Akbar Tanjung, Minggu, 17 Maret 2019, pukul 12.30
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi bom Sibolga di Kelurahan Pancuran Bambu kecamatan Sibolga Sambas didampingi oleh Walikota Sibolga Drs H. M. Syarfi Hutauruk dan tokoh asal Sibolga Akbar Tanjung, Minggu, 17 Maret 2019, pukul 12.30 (Agus Suparto/Fotografer Istana Kepresidenan)

Kasus Polisi Tembak Istri Lalu Bunuh Diri di Sergai

Kasus penembakan yang menewaskan pasangan suami istri di Sergai juga ditangani oleh Kabareskrim Komjen Agus Andrianto saat jadi Kapolda Sumut.

Kepolisian terus mencari permasalahan yang memicu sang suami yang merupakan anggota narkoba Polres Sergai tersebut mengakhiri hidupnya setelah terlebih dahulu menembak istrinya.

"Sebelum peristiwa terjadi, menurut anaknya sudah tiga hari enggak cakapan antara korban dan pelaku yang merupakan pasangan suami istri," kata Agus Andrianto saat dihubungi melalui aplikasi WhatsApp, Minggu (6/10/2019).

Kapolda mengatakan peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi setiap personel wilayah Polda Sumut.

"Mengingat tekanan pekerjaan dan masalah setiap orang berbeda-beda. Anggota juga manusia. Jangankan pistol, kalau sudah niat, semua bisa jadi alat," katanya.

Kapolda menyatakan senjata api harusnya digunakan untuk membela diri dan melindungi masyarakat.

"Kalau lagi emosi segera titipkan ke logistik. Kalau marah sama istri, pukul saja pakai bulu ayam atau angsa,"ujarnya.

Baca juga: Profil Komjen Pol Agus Andrianto, Kabareskrim Baru Pilihan Kapolri Listyo Sigit

Polantas Polres Tebingtinggi Bertengkar dengan Sopir Ambulans di Jalan

Ketika jadi Kapolda Sumatera Utara Agus Andrianto juga turun tangan menangani insiden perkelahian anak buahnya dengan sopir ambulans.

Agus akhirnya angkat bicara terkait insiden perkelahian antara oklum Polantas Polres Tebingtinggi dengan sopir ambulans, pada Sabtu (2/11/2019) lalu.

Ia sangat menyayangkan terjadinya insiden ini dan meminta maaf.

"Saya secara pribadi mohon maaf kepada masyarakat, yang kemarin ada selisih paham dengan anggota saya," kata Irjen Pol Agus Andrianto, Senin (4/11/2019).

Agus menuturkan bahwa insiden itu seharusnya tidak akan terjadi, jika saja petugas di lapangan bisa menahan emosi.

Karena dalam keadaan darurat di jalan raya, kendaraan seperti ambulans harus mendapat prioritas oleh petugas.

"Kami semua selalu mengarahkan anggota di lapangan untuk melakukan yang baik kepada masyarakat," ujarnya.

Menurut Kapolda, arahan-arahan untuk melakukan yang terbaik kepada masyarakat, sudah dilakukan.

Tetapi di lapangan, katanya, faktor psikologis petugas sulit dikontrol.

"Mudah-mudahan ke depan tidak terulang. Apa yang menjadi prioritas harus dilayani, semacam mobil ambulans, pemadam kebakaran dan lainnya," tutur Agus.

Polantas Tebingtinggi cekcok dengan sopir ambulans viral di media sosial
Polantas Tebingtinggi cekcok dengan sopir ambulans viral di media sosial (Tribun Medan)

Pengalaman Kabareskrim Komjen Agus Andrianto Diakui

Ketua Umum Masyarakat Peduli Lingkungan M. Yusuf Hanafi Sinaga menilai rekam jejak Agus Andrianto layak disoroti.

Yusuf mengatakan pengalaman Agus dalam penanganan di bidang reserse, narkoba, terorisme, radikalisme, hingga menumpas perbedaan pandangan politik yang di bungkus agama untuk memecah belah kerukunan umat beragama harus dilihat sebagai poin lebih.

Apalagi lulusan Akademi Kepolisian tahun 1989 itu telah terbukti mampu menghadapi perbedaan pandangan politik di masyarakat saat menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara.

"Saya melihat banyak kesuksesan saat Komjen Agus andrianto memimpin Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Diantaranya saat menghadapi dua arah gerakan rakyat pada pemilu 2019 lalu, dimana segelintir orang memanfaatkan perbedaan pandangan politik untuk memecah belah kerukunan umat di Indonesia, khususnya di Sumut, dengan membungkus isu agama untuk membenturkan rakyat dengan rakyat dan dengan aparat," ujar Yusuf, dalam keterangannya, Jumat (1/1/2021).

Dia juga menyoroti sejumlah permasalahan yang ditangani jenderal bintang tiga itu. Antara lain seperti penanganan kasus bom di Sibolga; perang terhadap bandar narkoba dan memberantas narkoba; hingga kriminalitas lainnya yang berhasil ditangani oleh Polda Sumut seperti begal dan premanisme.

Belum lagi dalam hal penegakan hukum, Yusuf menilai Agus yang lahir di Blora, Jawa Tengah pada 16 Februari 1967 itu sangat tegas dan tidak pandang bulu dalam menindak pelanggar hukum dan orang yang mencoba merusak kerukunan umat beragama di Sumut. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunMedan.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas