BMKG Ungkap Penyebab Hujan Ekstrem, Salah Satunya Gangguan Atmosfer di Zona Ekuator
BMKG menyebut ada beberapa hal faktor penyebab curah hujan ekstrem terjadi di Indonesia.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BMKG menyebut ada beberapa hal faktor penyebab curah hujan ekstrem terjadi di Indonesia.
Faktor pertama yaitu adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan dari arah Asia pada 18 - 19 Februari kemarin.
"Seruakan udara dari Asia, aktivitas tersebut cukup signifikan, mengakibatkan peningkatan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat," ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual, Sabtu (20/2/2021).
Faktor kedua yakni aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah Asia dengan angin dari arah Samudra Hindia.
Baca juga: Jakarta Dikepung Banjir, Gubernur Anies Tinjau Pintu Air Manggarai, Minta Jajaran Sigap
"Ada pembelokan, perlambatan dan pertemuan angin, dari arah Utara. Ini kebetulan terjadinya tepat melewati Jabodetabek. Saat membelok, melambat, di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya membentuk sebagai hujan dengan intensitas tinggi," ujar Dwikorita.
"Jadi angin yang dari Utara itu terhalang, tidak bisa langsung menerobos ke selatan karena terhalang angin yang dari arah barat itu, sehingga angin dari Utara itu membelok ke timur," tutur Dwikorita.
Baca juga: Jalan TB Simatupang Banjir, Arus Lalu Lintas Menuju Ragunan Ditutup Sementara
Saat laju angin dari Utara ke Selatan telambat di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya menyebabkan terjadinya hujan di Jabodetabek.
Faktor ketiga adanya tingkat kebasahan dan labilitas udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat.
Kebasahan dan labilitas udara ini cukup tinggi dan menyebabkan peningkatan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.
"Jadi ini tingkat labilitas dan kebasahan udara yang berpengaruh dalam peningkatan curah hujan," tutur Dwikorita.
Terakhir terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian Utara.
Daerah pusat tekanan rendah di Australia ini membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa.
Baca juga: RW 04 Cipinang Melayu Kembali Terendam Banjir 2-4 Meter Pada Sabtu Pagi
"Jadi fenomena yang ada di Pulau Jawa ini juga dipengaruhi terbentuknya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian Utara, yang membentuk pola konvergensi di Pulau Jawa," ujar Dwikorita.
"Ini juga berkontraksi pada peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Jawa bagian barat termasuk Jabodetabek," sambung dia.