Viral Tingkat Kesopanan Warganet Indonesia Dinilai Paling Buruk Se-Asia Tenggara, Pengamat: Miris
Viral, tingkat kesopanan warganet Indonesia dinilai paling buruk Se-Asia Tenggara. Pengamat Komunikasi miris, berikut tanggapan lengkapnya.
Penulis: Shella Latifa A
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini, masyarakat cukup dihebohkan dengan laporan riset Digital Civility Index (DCI) dari Microsoft yang mengukur tingkat kesopanan pengguna dunia maya.
Laporan itu menilai warganet Indonesia kurang sopan dalam menggunakan media sosial, karena menempati urutan terbawah.
Bahkan, dinilai paling buruk se-Asia Tenggara.
Dikutip dari Kompas.com, tingkat kesopanan warganet memburuk sebanyak 8 poin ke angka 76.
Artinya, semakin tinggi angkanya, tingkat kesopanan dinilai semakin menurun.
Baca juga: Tulisan Rapi Miliknya Viral, Perempuan Ini Akui Kerap Mendapat Pujian sejak Masih SD hingga Sekarang
Baca juga: Pengamat: Antisipasi Banjir Jakarta, Anies Harus Lakukan Langkah Extraordinary
Hasil riset ini lantas mendapat tanggapan dari pengamat komunikasi dan media, Don Bosco Doho.
Don Bosco mengaku miris melihat laporan riset ini.
"Ini membuat kita miris, karena orang Indonesia telah lama dikenal sebagai masyarakat yang ramah-tamah dan santun," keterangannya secara tertulis kepada Tribunnews, Jumat (26/2/2021).
"Ternyata kesantunan di dunia nyata, tidak berbanding lurus dengan kesantunan di dunia maya," imbuhnya.
Baca juga: Pengamat: Program Langit Biru Berhasil Edukasi Masyarakat Pakai BBM Ramah Lingkungan
Baca juga: Pengamat Pesimis dengan Pemerintahan Gibran ke Depan, Tidak Akan Buat Gebrakan untuk Kota Solo
Di era teknologi ini, Don Bosco mengatakan, adagium lama yang berbunyi 'mulutmu adalah harimaumu' kini sudah berubah.
"Sekarang, di era revolusi teknologi informasi, era digital."
"Adagium itu bergeser menjadi 'jarimu adalah harimaumu'," terang dosen komunikasi London School Public Relation (LSPR) itu.
Don Bosco mengatakan, warganet Indonesia sangat mudah memainkan jari untuk memposting, daripada memikirkan dan menyaring pesan apa yang harus disebarkan.
Ia menilai, masyarakat terkadang lupa, jika salah bermedia sosial, nantinya akan berakibat buruk.
"Orang lebih mudah 'sharing' ketimbang saring. Orang begitu berlomba-lomba menjadi warganet tercepat dalam memposting guna meraup banyak like."
"Betapa sulitnya memilah, mana ranah personal dan mana wilayah publik. Padahal mereka lupa, bahwa salah menggunakan media digital bisa berakibat fatal," ungkapnya.
Baca juga: Apa yang Dilakukan Gibran setelah Dilantik Jadi Wali Kota Solo? Pengamat: Jangan Sampai One Man Show
Dari riset ini, menurut Don Bosco, ada pesan moral yang bisa diambil.
"Yang harus selalu diingat, sebetulnya sederhana, kita harus selalu berempati dalam bersosial media," kata Don Bosco.
Masyarakat dinilai juga perlu menyaring dan cross check sebelum meng-share pesan atau postingan.
"Kita perlu memiliki internal filter yang ketat, agar sebelum diposting kita yakin bahwa pesan yang disampaikan baik dan benar adanya."
"Hal lain yang juga penting, adalah mental check-recheck, cross check dan double check ketika mendapatkan sebuah pesan atau postingan," ujarnya.
Baca juga: Pengamat: Wacana KLB Partai Demokrat Harus Jadi Bahan Introspeksi Internal
Hendaknya masyarakat tidak buru-buru meneruskan atau membagikan tanpa berpikir ulang.
Don Bosco menuturkan, etika itu bukan menilai apa yang dikatakan, tapi menyangkut apa yang telah diperbuat.
Sehingga, perbuatan yang mencederai kesopanan di internet merupakan bukti, bahwa masyarakat Indonesia masih gagap membedakan mana baik dan buruk.
Microsoft Menilai Tingkat Kesopanan Warganet Indonesia Paling BuruK Se-Asia Tenggara
Dilansir Kompas.com, Microsoft merilis laporan riset DCI, yang menilai warganet Indonesia menemapati urutan terbawah se-Asia Tenggara.
Bisa dikatakan, Indonesia-lah yang paling tidak sopan diantara negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Indonesia memburuk 8 poin ke angka 76, artinya semakin besar angkanya, tingkat kesopanan makin memburuk.
Se-Asia Tenggara, negara Singapura menempati urutan pertama, dimana ia juga berada di posisi keempat secara global, yakni 59 poin.
Merosotnya tingkat kesopanan paling banyak difaktori oleh warganet usia dewasa dengan jumlah 68 persen.
Sedangkan, remaja disebut tidak berpengaruh dalam menurunannya tingkat kesopanan warganet Indonesia.
Adapun tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kesopanan itu.
Pertama, faktor paling tinggi, ialah hoaks dan penipuan, yang memiliki angka 47 persen.
Lalu ada, faktor ujaran kebencian, sebanyak 27 persen.
Terakhir, yakni diskriminasi sebesar 13 persen, turun sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu.
(Tribunnews.com/Shella)(Kompas.com/Wahyunanda)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.