Pelacakan Kontak Erat Covid-19 Indonesia Rendah
Pelacakan kontak erat Covid-19 di Indonesia rendah, dimana satu kasus terkonfirmasi positif, penelusuran kontak eratnya hanya melibatkan 3-4 orang.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelacakan kontak erat Covid-19 di Indonesia rendah, dimana satu kasus terkonfirmasi positif, penelusuran kontak eratnya hanya melibatkan 3-4 orang.
Hal itu masih menjadi pekerjaan rumah dan tugas pemerintah setelah satu tahun pandemi Covid-19 ada di Tanah Air.
Baca juga: Login www.prakerja.go.id, Ini Cara dan Syarat Daftar Kartu Prakerja Gelombang 14, Ada Fitur Baru
Ketua Tim Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan, data tersebut didapatkan dari pencapaian indikator tracing November 2020 - Februari 2021.
"Rasio kontak erat nasional masih diangka 3,5. Beberapa provinsi 1 kasus banding 10 orang dilacak tapi beberapa provinsi lain bahkan 2 atau 4 orang. Rata-ratanya 3,5 orang," ujar Dewi pada konferensi pers virtual bertajuk "Covid-19 Dalam Angka: Pembelajaran Berharga Covid-19” pada Rabu (10/3/2021).
Ia melanjutkan, idealnya menurut WHO dari satu kasus positif paling tidak ada 10-30 orang yang turut dilacak.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Sadarkan Masyarakat Pentingnya Pengelolaan Keuangan
"Kalau WHO semua kontak erat dicari tau dalam bentuk lingkaran sosial besar 10-30, ada yang kecil cuma 10 orang. Tidak ada batasan angka memang, namun memasuki kriteria dimana ada durasi pertemuan frekuensinya disebut kontak erat," jelasnya.
Baca juga: Update Corona 10 Maret 2021: Tercatat 144.213 Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia
Adapun jumlah kasus positif dalam periode tersebut adalah 112.327 kasus.
Sementara kasus positif yang didapat dari realisasi pelacakan kontak sebesar 390.383 kasus, dimana 242.635 kasus masih dalam tahap pemantauan dan 147.748 kasus telah selesai dipantau.
Ia mengatakan, rendahnya pelacakan disebabkan oleh kurangnya tracer di lapangan. Sedangkan untuk menambah tracer dibutuhkan pelatihan khusus dan proses tertentu.
"Bukan hal yang mudah karena jumlah tracer di Indonesia itu sangat terbatas. Turun ke lapangan perlu pelatihan, pakai APD dan ada pertanyaan yang harus digali oleh seorang tracer," ungkapnya.