Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Gede Pasek Disuruh Pilih Anas Urbaningrum atau SBY Berujung Hilangnya Jabatan

Gede Pasek mengatakan kejadian itu bermula saat perseteruan di internal Partai Demokrat terjadi antara Anas dan SBY.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Cerita Gede Pasek Disuruh Pilih Anas Urbaningrum atau SBY Berujung Hilangnya Jabatan
Tribunnews/Irwan Rismawan
Sekjen Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), I Gede Pasek Suardika saat mengunjungi Kantor Tribun Network di Jakarta, Jumat (19/3/2021). Tribunnews/Irwan Rismawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Loyalis Anas Urbaningrum sekaligus mantan kader Demokrat yakni I Gede Pasek Suardika alias GPS mengaku sempat mendapat tekanan agar membelot dari Anas.

Gede Pasek mengatakan kejadian itu bermula saat perseteruan di internal Partai Demokrat terjadi antara Anas dan SBY.

Anas yang dianggap tidak loyal berusaha disingkirkan dari posisi ketua umum kala itu.

Lantas, Gede Pasek diminta menemui mantan Menteri ESDM Jero Wacik di rumah dinas menteri di Widya Chandra.

Jero Wacik sendiri baru saja bertolak dari Cikeas.

"Saya pernah mengalami sebuah tekanan untuk meninggalkan Anas. Posisi saya masih Ketua Komisi III DPR RI. Waktu itu pak Menteri ESDM Jero Wacik manggil saya. Beliau manggil saya ketika beliau habis dari Cikeas," ujar Gede Pasek, saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Jumat (19/3/2021).

Baca juga: Pasek Sebut SBY Sempat Tawarkan Ani Ketua Umum Demokrat: Parah Masak Bapak Ibu Anak, Bisa Masuk MURI

Singkat cerita, Jero Wacik meminta Gede Pasek menentukan pilihan apakah akan tetap bersama Anas Urbaningrum atau membelot ke kubu Cikeas.

Berita Rekomendasi

"Pasek kamu harus pilih, kamu milih SBY atau Anas?" tanya Jero Wacik yang ditirukan kembali oleh Gede Pasek.

Dia pun menanyakan mengapa tiba-tiba dirinya diminta memilih kubu tertentu.

Jero Wacik menjelaskan bahwa akan terjadi pertempuran antara Anas dan SBY.

Untuk itu, Gede Pasek diminta memilih salah satu diantaranya. Namun ternyata ancaman juga dilontarkan.

Gede Pasek diancam akan kehilangan semua jabatannya jika tak memilih SBY.

"Ini akan perang, ini akan tempur, kamu harus milih salah satu. Kalau kamu milih Anas, jabatanmu sebagai ketua Komisi III dicopot, tapi kalau kamu milih SBY kamu tetap jadi ketua Komisi III dan kamu dikasih jabatan yang lebih baik," kata Gede Pasek kembali menirukan Jero Wacik.

Tapi Gede Pasek enggan memilih salah satu diantaranya.

Sebab bagi dia, SBY adalah guru dan penyebab dirinya tertarik masuk ke Partai Demokrat. Sementara Anas adalah sahabat bagi Gede Pasek.

"Beliau (Jero Wacik) terus bilang 'wah kamu ini keras kepala'. Perasaan saya sih saya nggak keras kepala, karena kan saya nggak milih salah satu, saya nggak milih Anas, saya nggak milih SBY. Saya milih dua-duanya, kan diluar opsi yang diberikan," ujarnya.

Baca juga: Pasek Ungkap SBY Pernah Tawarkan Ani Ketua Umum Demokrat: Masa Mau Rekor MURI, Ada Bapak Ibu Anak

Kemudian Jero Wacik pun mengatakan kepada Gede Pasek siap-siap dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Komisi III DPR RI.

Ancaman itu disambut dengan legowo oleh Gede Pasek.

Sebab menurutnya jabatan bukanlah segalanya dan dia mengutamakan persahabatannya dengan Anas.

"Saya bilang iya nggak apa-apa deh pak (dicopot dari jabatan). Toh bukan jabatan yang utama, bagi saya persahabatan yang utama, silakan aja," kata Gede Pasek.

"Dan itu terjadi, saya sendiri sudah tahu akan diganti. Jadi satu atau dua minggu kemudian berproses lah (pencopotan) itu," tandasnya.

Gede Pasek Kena Prank SBY

Di samping itu, Gede Pasek mengaku bahwa dirinya pernah di-prank oleh SBY.

Dengan setengah tertawa, Gede Pasek mengingat awal mula kejadian yang menyebabkan adanya prank dari SBY yaitu ketika Anas Urbaningrum mundur dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat

Anas mundur tepat satu hari setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan gratifikasi terkait proyek Hambalang dan proyek-proyek lainnya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada 22 Februari 2013.

Gede Pasek saat itu mengajak Anas berdiskusi terkait nasib kawan-kawannya yang bersiap nyaleg dalam pemilu yang akan datang. Sebab tahapan pemilu sudah mulai digelar. 

"Suatu malam saya ke tempat mas Anas di Duren Sawit. Kita diskusilah ngomongin nasib teman-teman. 'Mas ini bagaimana? Teman-teman itu nunggu apakah pindah partai atau tetap seperti ini, siapa nanti penggantinya mas Anas'," ucap Gede Pasek Suardika saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Jumat (19/3/2021).

I Gede Pasek Suardika
I Gede Pasek Suardika (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Dia lantas melontarkan ide bagaimana jika Anas dan loyalisnya sepakat mendukung SBY mengisi posisi ketua umum yang ditinggalkan Anas. 

Diharapkan hal tersebut membuat Partai Demokrat bersatu dan kawan-kawannya aman untuk mencalonkan diri dalam pemilu. 

SBY saat itu diketahui menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat

Gayung bersambut, Anas ternyata tak keberatan dengan ide Gede Pasek. Anas pun mempersilakan Gede Pasek menyampaikan ide itu ke media massa.

"Saya sampaikan di DPR bahwa saya mengusulkan pak SBY sebagai ketua umum agar bisa dipilih secara aklamasi demi bersatunya semua elemen partai, karena kita sudah masuk tahapan pemilu, dimana kita harus segera berkompetisi di lapangan, segala problem di internal kita tutup dulu," kata Gede Pasek. 

Pernyataan itu memicu kemarahan dari Ruhut Sitompul, Marzuki Alie hingga Syarief Hasan. Usulan Gede Pasek dianggap menghina SBY karena menurunkan statusnya dari majelis tinggi partai dan dewan pembina menjadi ketua umum. 

Ternyata usulan tersebut sampai ke telinga SBY. Diundanglah Gede Pasek ke Istana Negara untuk berbicara empat mata. 

Sebelum berbincang dengan SBY, Gede Pasek mengaku sempat bertemu dengan almarhumah Ani Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) di Istana.

"Ditanya lah. 'Kamu (I Gede Pasek) kenapa mau minta saya (SBY) jadi ketua umum?' (SBY) Sempat menawarkan kenapa nggak bu Ani saja (yang jadi ketua umum)," ujarnya.

Gede Pasek menjelaskan jika SBY tidak maju, maka akan terjadi kompetisi kembali di internal Demokrat. Bila kubu SBY mengajukan Marzuki Alie, kubu Anas akan mengajukan Saan Mustopa. Menurutnya kompetisi itu hanya akan menghabiskan energi. 

Baca juga: Pasek Bongkar Skenario SBY Agar Hanya Dirinya yang Penuhi Syarat Maju Jadi Ketum di Kongres 2015

Mendengar alasan tersebut, SBY kemudian menyambut gembira tawaran itu dengan syarat Anas dan kawan-kawannya mampu memastikan terjadinya aklamasi. 

Gede Pasek pun memastikan aklamasi kepada SBY akan terjadi sepanjang Marzuki Alie tidak maju dalam kongres luar biasa (KLB). SBY merespon dengan berkomitmen akan menyatukan partai jika dirinya terpilih sebagai ketua umum. 

Kabar ini disampaikan langsung ke Anas sepulang Gede Pasek dari Istana. Kala itu, Anas disebutnya tertawa dan langsung bereaksi dengan menghubungi DPD serta DPC via telpon untuk memberikan dukungan ke SBY.

"Banyak yang kaget kenapa diarahkan milih SBY. Mas Anas waktu itu bilang, 'sudahlah biar semua selamat pilih SBY aja dulu, nanti urusan saya belakangan lah yang penting proses teman-teman nyaleg'," kata Gede Pasek. 

Singkat cerita, KLB yang digelar di Bali secara aklamasi memilih SBY sebagai ketua umum. Anas dan Gede Pasek sengaja tak hadir dalam KLB. 

SBY sendiri mengabarkan kemenangannya melalui pesan Black Berry Messenger (BBM) kepada Gede Pasek. Lantas, SBY meminta usulan nama-nama dari Anas dan loyalisnya untuk dimasukkan ke dalam kepengurusan DPP Partai Demokrat

"Selesai beliau terpilih, beliau BBM ke saya. 'KLB sudah selesai secara aklamasi, sampaikan juga terimakasih untuk bung Anas dan mohon usulan nama-namanya untuk kepengurusan di DPP'," ujar Gede Pasek yang kemudian menunjukkan pesan itu kepada Anas. 

Keesokan harinya, Gede Pasek mengirimkan usulan nama-nama yang diminta SBY. Namun dia tak menyangka bahwa dari seluruh nama yang diusulkan itu hanya Saan Mustopa yang masuk kepengurusan. 

"Bayangan saya, saya sebagai orang politik, investasi politik lebih banyak lah ya. Dari ide, menggarap, mengamankan Anas, melancarkan semua, kayaknya jabatan saya ini pasti melambung naik lah. Eh ternyata bukannya melambung, malah terhempas. Hilang cuma tersisa satu (Saan Mustopa), itu pun jabatannya memang dulu disitu. Yang lain hilang kena prank," tegasnya. 

Gede Pasek kaget dan tak menyangka SBY yang dipercayanya sebagai orang bersih, cerdas dan santun mampu mempermainkannya (prank, - red). 

Bahkan SBY disebutnya tak pernah meminta maaf atas nama-nama yang hilang serta menganggap seperti tidak pernah terjadi apa-apa. 

"Di situ saya kaget betul. Nggak menyangka orang sekelas kepala pemerintahan, kepala negara, tingkat pendidikan sangat tinggi, kita bicara dari hati ke hati, kemudian bisa mengkhianati dengan cara dingin begitu. Kalau sekarang beliau mengeluh begini (dikhianati terkait kasus kudeta), saya sebenarnya sudah lebih dulu mengeluh lho," ujar Gede Pasek. 

"Jadi kalau cerita ini antara senang dan nggak senang. Senangnya itu karena yang nge-prank saya itu seorang presiden. Nggak senangnya itu kok ada gitu lho orang yang seharusnya kita sudah bicara gentleman agreement, seorang politisi yang berbicara dalam konteks bangsa bernegara kok bisa menipu hal yang sangat substansial," tandasnya. 

(Tribunnews.com/Vincentius Jyestha)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas