Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Kelompok Masyarakat di Indonesia yang Tidak Mau Divaksin Menurut Hasil Survei

Direktur Riset SMRC Deni Irvani membeberkan data demografi dari kelompok masyarakat yang tidak mau divaksin tersebut.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ini Kelompok Masyarakat di Indonesia yang Tidak Mau Divaksin Menurut Hasil Survei
Tribunnews/Jeprima
Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada seorang lansia pada kegiatan vaksinasi Covid-19 untuk lansia di Cibubur Junction, Jakarta Timur, Senin (22/3/2021). Lippo Malls menambah jumlah mal untuk membuka layanan vaksinasi Covid-19 sebagai bentuk komitmen Lippo Malls dalam mendukung pemerintah melalui gerakan bersama sukseskan program vaksinasi nasional untuk merealisasikan target nasional 1 juta vaksin per hari, di Cibubur Juntion. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis temuan survei yang secara umum menyatakan masih banyak warga yang menyatakan tidak mau divaksin covid-19 yakni sekitar 29% dan hanya 46% warga yang menyatakan mantap mau divaksin.

Direktur Riset SMRC Deni Irvani membeberkan data demografi dari kelompok masyarakat yang tidak mau divaksin tersebut.

Untuk gender, kata Deni, mereka lebih banyak jumlahnya pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Survei menyatakan pada warga laki-laki terdapat 33% yang tidak mau divaksin sedangkan pada warga perempuan ada 26%.

Baca juga: Survei Terbaru: Masih Ada 29% Warga Indonesia Tak Mau Divaksin Covid-19

Deni melanjutkan, dari sisi Desa-Kota tidak ada perbedaan signifikan. 

Namun dari sisi umur ada hal yang menarik. 

Hal tersebut disampaikannya dalam Rilis Survei opini publik nasional SMRC bertajuk "Sikap dan Perilaku Warga Terhadap Vaksin" secara virtual pada Selasa (23/3/2021).

Berita Rekomendasi

"Ternyata kelompok warga usia relatif lebih muda yang usianya kurang dari 25 tahun itu yang tidak mau divaksin mencapai 37% dibandingkan warga yang lebih tua," kata Deni.

Kemudian warga yang tidak mau divaksin juga lebih besar di kelompok warga yang pendidikannya SD atau tidak sekolah, mencapai 34%.

"Tapi yang lain juga sebetulnya banyak. Termasuk di kelompok pendidikan tinggi ada 26% yang mengatakan tidak akan melakukan vaksinasi," kata Deni.

Menurut penghasilan, mereka yang tidak mau divaksin ada pada kelompok berpenghasilan Rp 1 sampai Rp 2 juta yakni 31%.

Sementara itu, dari sisi etnisitas mereka yang tidak mau divaksin adalah kelompok warga dari kelompok Madura dan Minang. 

"Madura 58% yang mengatakan tidak akan di Minang 43%," kata Deni.

Dari sisi agama, mereka yang mengatakan tidak mau divaksin lebih besar pada warga Muslim yakni mencapai 31% jika dibandingkan warga dari agama lain.

"Dari sisi wilayah yang tidak mau divaksin lebih besar pada warga di luar Jawa yakni 33%. Di Jawa sendiri, kita lihat di DKI paling besar mencapai 33%," kata Deni.

Survei bertajuk "Satu Tahun Covid-19: Sikap dan Perilaku Warga Terhadap Vaksin" dilakukan pada kurun waktu 28 Februari sampai 8 Maret 2021.

Pertanyaan mendasar yang ingin dijawab dalam survei tersebut terkait bagaimana intensi warga untuk melakukan vaksinasi.

Dari pertanyaan tersebut, ada empat pertanyaan turunan yang diajukan

Pertama, siapa yang mau dan tidak mau divaksin?

Kedua, bagaimana tingkat kepercayaan warga terhadap vaksin yang disediakan pemerintah?

Ketiga, bagaimana sikap warga pada umumnya terhadap covid-19? 

Keempat, seberapa taat warga menjalankan protokol kesehatan.

Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilu, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (multistatge random sampling) sebanyak 1220 responden.

Response rate atau responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1064 atau 87%.

Hasil survei terhadap 1.064 responden tersebutlah yang kemudian dianalisis.

Margin of error rata-rata survei dengan ukuran sample tersebut sebesar kurang lebih 3,07 % pada tingkat kepercayaan 95% dengan asumsi simple random sampling.

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).

Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas