Sejarah Keberadaan Orang Jawa di Kaledonia Baru Sejak 125 Tahun Silam, Datang Sebagai Kuli Kontrak
Sejarah panjang orang Indonesia di New Caledonia atau Kaledonia Baru sudah dimulai sejak ratusan tahun silam.
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejarah panjang orang Indonesia di New Caledonia atau Kaledonia Baru sudah dimulai sejak ratusan tahun silam.
Pada 1896 atau 125 tahun lalu, orang Indonesia mulai menapakkan kakinya di negara yang terletak di sebelah timur Benua Australia, tepatnya sisi selatan Samudera Pasifik dan sebelah utara Selandia Baru.
Ketika itu pemerintah Perancis, sekutu Belanda yang menjajah Indonesia, mendatangkan orang Eropa untuk mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) yang ada di Kaledonia Baru.
Bersamaan dengan itu, mereka mendatangkan pekerja asing ke wilayah tersebut, termasuk orang Indonesia.
Baca juga: Sudah 125 Tahun Ada, Konjen RI Ungkap Sejarah Keberadaan Orang Jawa di Kaledonia Baru
Konsulat Jenderal Indonesia di Kaledonia Baru Hendra Satya Permana mengungkapkan, kebanyakan orang Indonesia yang didatangkan pemerintah Perancis saat itu berasal dari suku Jawa.
Pengiriman pekerja Indonesia ke Kaledonia Baru oleh pemerintah Perancis karena saat itu mereka kekurangan pekerja perkebunan kopi dan tambang nikel.
Berdasarkan catatan Konsulat Jenderal RI, total ada 170 pekerja Indonesia yang pertama kali dikirim ke Kaledonia Baru.
Pengiriman ratusan pekerja di tahap pertama tersebut terjadi pada tanggal 16 Februari tahun 1896.
Hari itu kemudian diperingati sebagai hari pertama kedatangan suku Jawa ke Kaledonia Baru.
Baca juga: PPKM Mikro Bertambah Lima Provinsi, Kegiatan Seni Budaya Maksimal 25 Persen
"Keberadaan keturunan Indonesia di Kaledonia Baru ini sudah cukup lama. Kebetulan 16 Februari 2021, masyarakat Indonesia di sini merayakan 125 tahun kedatangan orang Indonesia di Kaledonia Baru," jelas Hendra saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Rabu (24/3/2021).
Pada periode berikutnya, antara 1933-1939, sekitar lebih dari 7.800 pekerja asal Hindia Belanda kembali dikirim ke Kaledonia Baru.
Para pekerja tersebut datang dengan status kontrak selama lima tahun dan dipekerjakan di kawasan perkebunan, pertambangan, dan juga rumah tangga.
Kebanyakan dari orang Indonesia yang dikirim ke Kaledonia Baru dipekerjakan sebagai kuli kontrak di perkebunan kopi dan pertambangan nikel.
Baca juga: Nadiem Makarim Dorong Candi Borobodur Jadi Cagar Budaya Kelas Dunia
Kaledonia Baru, kata Hendra, adalah negara kepulauan yang diberkahi deposit nikel cukup besar.
"Kaledonia Baru lima besar negara yang memiliki deposit nikel di dunia. Kalau tidak salah nomor empat terbesar," ujar Hendra.
Hendra mengungkapkan, jumlah pekerja Indonesia yang datang ke Kaledonia Baru pada tahap pertama pengiriman mencapai sekitar 10 ribu orang.
"Pada saat puncaknya bisa sampai 25-30 ribu orang yang datang dan bekerja di Kaledonia Baru," kata Hendra.
Berita Indonesia Merdeka Atas Penjajahan
Namun pada tahun 1950-an berita Indonesia merdeka atas penjajahan Belanda santer terdengar di wilayah Kaledonia Baru.
Warga Indonesia di Kaledonia Baru kemudian berbondong-bondong kembali ke tanah air.
"Saudara-saudara kita waktu itu mendengar Indonesia merdeka, mereka memiliki gambaran Indonesia lebih baik keadaannya," katanya.
"Itu salah satu alasan pemerintah Indonesia pada waktu itu membuka kantor konsulat jenderal republik Indonesia. Untuk memfasilitasi warga kita yang ingin kembali ke Indonesia," katanya lagi.
Saat itu tidak semuanya kembali ke Indonesia, tetapi sebagian besar pulang.
Sebagian besar yang pulang ke tanah air kemudian melihat, mengalami, dan menyadari bahwa situasi di Indonesia pada saat itu tidak seperti yang dibayangkan.
"Mungkin karena masih negara baru merdeka," kata Hendra.
Melihat situasi politik di Indonesia yang masih gonjang-ganjing, sebagian dari mereka yang sempat pulang justru memutuskan kembali lagi ke Kaledonia Baru.
"Setelah itu ada beberapa gelombang yang kembali. Dan bisa dikategorikan mereka yang sudah pernah datang dan ada yang benar-benar baru datang ke Kaledonia Baru," ujar Hendra.
Hendra mengatakan, karena kebanyakan orang Indonesia di Kaledonia Baru berasal dari Jawa Tengah, mereka berbahasa Jawa.
Saat ini sudah ada beberapa generasi orang Indonesia di Kaledonia Baru.
Kebanyakan dari mereka, kata Hendra, justru tidak bisa berbahasa Indonesia.
Lantaran sejak kecil, dalam kehidupan sehari-hari, orang Indonesia di Kaledonia Baru berinteraksi menggunakan bahasa Jawa dan Perancis.
"Banyak yang tidak bisa berbahasa Indonesia hanya bisa berbahasa Jawa dan Bahasa Perancis. Itu sedikit gambaran mengenai warga Indonesia yang ada di sini," ujar Hendra.