Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AstraZeneca: Vaksin Kami Tidak Mengandung Produk Turunan Babi

AstraZeneca membantah vaksin miliknya mengandung produk turunan babi. Berikut penjelasannya

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in AstraZeneca: Vaksin Kami Tidak Mengandung Produk Turunan Babi
ENDRIK SCHMIDT / DPA-ZENTRALBILD / DPA PICTURE-ALLIANCE MELALUI AFP
Ilustrasi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - AstraZeneca membantah vaksin miliknya mengandung produk turunan babi.

Hal itu ditegaskan AstraZeneca setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut vaksin tersebut haram, karena dalam proses pembuatannya memanfaatkan tripsin asal babi.

Meski demikian dengan sejumlah alasan, salah satunya kedaruratan kesehatan maka MUI memperbolehkan penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia.

"Vaksin COVID-19 AstraZeneca tidak bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya. Kami menghargai pernyataan yang disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia," tulis keterangan AstraZeneca yang diterima Tribun, Rabu (24/3).

Baca juga: Jubir Wapres Tegaskan Polemik Kehalalan Vaksin AstraZeneca Sudah Selesai, Tak Perlu Ragu Lagi

Dijelaskan, penting untuk dicatat bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca, merupakan vaksin vektor virus yang tidak mengandung produk berasal dari hewan, seperti yang telah dikonfirmasikan oleh Badan Otoritas Produk Obat dan Kesehatan Inggris.

Semua tahapan proses produksinya, vaksin vektor virus ini tidak menggunakan dan bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.

"Vaksin ini telah disetujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia termasuk Arab Saudi, UEA, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair dan Maroko dan banyak Dewan Islam di seluruh dunia telah telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan oleh para Muslim," tegas kembali keterangan itu.

Baca juga: Usai AstraZeneca dan CoronaVac, Maruf Amin Tunggu Laporan Kemenkes Soal Vaksin Covid-19 Selanjutnya

Berita Rekomendasi

Vaksin ini aman dan efektif dalam mencegah Covid-19, dimana dalam uji klinisnya vaksin Covid-19 AstraZeneca 100% dapat melindungi dari penyakit yang parah, rawat inap dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan.

Penelitian vaksinasi yang telah dilakukan berdasarkan model penelitian dunia nyata (real-world) menemukan, satu dosis vaksin mengurangi risiko rawat inap hingga 94% di semua kelompok umur, termasuk bagi mereka yang berusia 80 tahun ke atas.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa vaksin dapat mengurangi tingkat penularan penyakit hingga dua pertiga.

Baca juga: Presiden Korea Selatan Terima Suntikan Vaksin AstraZeneca, Jelang Perjalanan ke Luar Negeri

Semua vaksin, termasuk Vaksin Covid-19 AstraZeneca, merupakan bagian penting dalam menanggulangi pandemi Covid-19 agar dapat memulihkan keadaan di Indonesia agar dapat memulihkan perekonomian Indonesia secepatnya.

AstraZeneca memastikan vaksin buatannya aman dan efektif dalam mencegah Covid-19.

Disampaikan, dalam uji klinis vaksin Covid-19 AstraZeneca 100% dapat melindungi dari penyakit yang parah, rawat inap dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan.

Penelitian vaksinasi yang telah dilakukan berdasarkan model penelitian dunia nyata (real-world) menemukan, satu dosis vaksin mengurangi risiko rawat inap hingga 94% di semua kelompok umur, termasuk bagi mereka yang berusia 80 tahun ke atas.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa vaksin dapat mengurangi tingkat penularan penyakit hingga dua pertiga.

"Semua vaksin termasuk Vaksin Covid-19 AstraZeneca, merupakan bagian penting dalam menanggulangi pandemi Covid-19 agar dapat memulihkan keadaan di Indonesia agar dapat memulihkan perekonomian Indonesia secepatnya," tulis keterangan resmi tersebut.

Badan Pengawasn Obat dan Makanan (BPOM) telah melakukan proses evaluasi untuk keamanan khasiat dan mutu dari vaksin AstraZeneca.

Hasil tersebut didapat dari data hasil uji publik yang disampaikan secara keseluruhan pemberian vaksin AstraZeneca 2 dosis dengan interval 8 sampai 12 minggu pada total 23.745 subjek adalah aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Kejadian efek samping yang dilaporkan dalam studi klinik  umumnya bersifat ringan dan sedang atau grade 1 dan 2, dan yang paling sering dilaporkan yaitu reaksi lokal seperti nyeri pada saat ditekan, panas, kemerahan dan gatal, dan pembengkakan, serat reaksi sistemik seperti kelelahan, sakit kepala, panas meriang, dan nyeri sendi.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Badan POM Lucia Rizka Andalusia mengatakan, efikasi vaksin dengan 2 dosis standar yang dihitung sejak 15 hari pemberian dosis kedua hingga pemantauan sekitar 2 bulan menunjukkan efikasi sebesar 62,1%.

Hasil ini sudah sesuai dengan persyaratan efikasi untuk penerimaan emergency use authorization (EUA) yang ditetapkan oleh WHO yaitu minimal 50%.

“Berdasarkan evaluasi terhadap data khasiat keamanan dan mutu vaksin maka Badan POM telah menerbitkan persetujuan penggunaan pada masa darurat atau emergency use authorization (EUA) pada tanggal 22 Februari 2021 dengan nomor EUA 215810143A1,” kata Lucia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga meyakinkan vaksin Covid-19 AstraZeneca aman dan bermanfaat sehingga masyarakat perlu ragu dan takut terhadap vaksin produksi negara Ratu Elizbaeth tersebut.

Ia menekankan, pemerintah tentu akan menjamin mutu, keamanan serta khasiat vaksin bagi seluruh masyarakat Indonesia.

“Mudah-mudahan dengan berkenannya kiai NU bisa membangkitkan kepercayaan masyarakat bahwa vaksin ini aman dan berkhasiat untuk digunakan,” tutur Budi.

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr. N. Paranietharan menekankan pula, vaksin AstraZeneca aman digunakan, karena memiliki efikasi yang melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO. Artinya, produk ini sudah pasti dijamin keamanannya untuk digunakan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

“Vaksin sangat penting dalam melawan COVID-19. Saat ini vaksinasi COVID-19 telah menjangkau masyarakat yang lebih luas, namun Indonesia tidak boleh lengah. Kita harus terus menerapkan langkah kesehatan masyarakat untuk mengurangi penyebaran virus, seperti menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari tempat yang ramai dan tertutup, bahkan setelah kita sudah divaksin,” demikian disampaikan WHO Representative dr N. Paranietharan

Untuk itu, pihaknya berharap kehadiran Vaksin Sinovac maupun AstraZeneca di Indonesia serta vaksin-vaksin lain, dapar segera membawa Indonesia keluar dari pandemi ini.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 22 Maret 2021, jumlah sasaran yang mendapatkan suntikan pertama vaksin COVID-19 sebanyak 5.732.210 orang (14,21%), sementara untuk suntikan kedua ada 2.494.422 orang (6,18%) yang sudah mendapatkan dosis lengkap vaksin COVID-19.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan membuka kesempatan bagi seluruh elemen bangsa baik individu maupun instansi untuk membantu program vaksinasi nasional.

Kerja sama ini sekaligus untuk mendapatkan model vaksinasi yang aman dan cepat. (Tribun Network/rin/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas