Mengenal Serda Maria Jacoba Samuel, Guru Militer Cantik Asal Papua yang Kuasai Meriam Gunung
Serda Maria Jacoba Samuel tampak mencolok saat demonstrasi pembongkaran meriam 76 mm Gunung di Pusdipal Kodiklat Angkatan Darat Cimahi, Jawa Barat
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serda Maria Jacoba Samuel tampak mencolok saat demonstrasi pembongkaran meriam 76 mm Gunung oleh siswa dan unsur organik Pusat Pendidikan Peralatan (Pudikpal) Kodiklat Angkatan Darat, Cimahi, Jawa Barat sore itu.
Mengenakan topi bertuliskan instruktur dan membawa tongkat kayu berwarna cerah, Maria tampak memperhatikan dengan seksama kerja mereka.
Delapan bagian besar meriam buatan Yugoslavia itu dilepas satu persatu dengan pengawasannya.
Sambil memberikan arahan tegas, Maria terus memperhatikan para siswa membongkar tameng hingga penahan kejut meriam.
Baca juga: Panglima TNI Perintahkan Vaksinasi 130 Ribu Prajurit Pakai AstraZeneca
Bungsu dari tiga bersaudara anak Kolonel (Mar) Purn (Alm) Christian Samuel dan PNS TNI AL Cherley Pattinama itu mengaku tertarik dengan senjata karena ayahnya terakhir berdinas di Kodam Trikora (sekarang Kodam XVII Cenderawasih).
"Jadi melihat orang tua dengan senjata sebagai seorang penembak saya mulai sangat tertarik dengan senjata," kata Maria di Pusdikpal Kodiklatad Cimahi, Jawa Barat, Kamis (25/3/2021).
Maria yang sehari-hari kerap ditugaskan sebagai guru militer (gumil) itu mengaku sudah mendalami soal meriam kurang lebih empat tahun sejak ia berdinas di Pusdikpal Kodiklatad Cimahi pada 2016 lalu.
Perempuan kelahiran Jayapura 9 Januari 1996 itu juga tampak fasih ketika ditanya wartawan soal keunggulan meriam tersebut.
Baca juga: Pusat Kesehatan TNI Bentuk Posko Evaluasi Vaksinasi Prajurit di Satuan Tiga Matra
"Jarak tembaknya cukup jauh. Kalau 76 gunung ini jarak tembaknya kurang lebih kalau menggunakan empat butir munisi itu dengan elevasi 45 derajat itu kurang lebih bisa mencapai jarak kurang lebih 8.750 meter," kata Maria.
Menjadi seorang gumil bidang senjata di Pusdikpal bagi prajurit TNI AD yang dilantik pada 2015 itu tidaklah mudah.
Ia mengaku dirinya rajin bolak-balik untuk belajar di Departemen Senjata Pusdikpal Kodiklatad.
Setelah dianggap menguasai senjata tertentu, ia kemudian harus menyiapkan paket instruksi dan materi lain untuk mengajar.
Belum selesai di situ, perempuan berdarah Sanger-Ambon itu harus berlatih micro teaching untuk memaparkan materi tersebut.