Sebut Ideologi Demokrat Bergeser, Kamhar: Kakak Pembina Giring Opini Manfaatkan Teror Bom Makassar
Kamhar Lakumani memberikan respon terkait pernyataan Moeldoko tentang adanya pergeseran ideologi di Partai Demokrat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani memberikan respon terkait pernyataan Moeldoko tentang adanya pergeseran ideologi di Partai Demokrat.
Menurut Kamhar, pernyataan Moeldoko itu lagi-lagi menjadi pepesan kosong.
"Pernyataan ini justru bisa menimbulkan tanda tanya besar bagi publik. Moeldoko ini mahluk dari planet mana?" ujar Kamhar kepada pers, Minggu (28/3/2021).
Menurut Kamhar, hanya karena ambisi dan syahwat politik yang tak terbendung hingga Moeldoko kembali membangun fitnah, namun naif.
"Selama 10 tahun SBY menjadi Presiden yang menempatkan Partai Demokrat sebagai the ruling party, tak pernah sekalipun ada perbenturan atau isu ideologi yang mengemuka apalagi sampai memecah belah anak bangsa," ujar Kamhar.
Baca juga: Moeldoko Mengaku Khilaf Tak Beri Tahu Istri Saat Terima Tawaran Jadi Ketua Umum Demokrat
Ideologi Partai Demokrat, menurut Kamhar, adalah nasionalis religius yang memperhatikan aspek nasionalisme, humanisme dan pluralisme yang bertujuan mewujudkan perdamaian, demokrasi dan kesejahteraan rakyat.
Berasaskan Pancasila dan bersifat terbuka (inklusif) tanpa membedakan suku, agama, ras, profesi, jenis kelamin, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
"Itulah DNA Partai Demokrat," katanya.
Sementara doktrin Partai Demokrat yaitu Tri Pakca Gatra Praja yang mengandung arti adanya tiga kehendak kuat yang mewujud dalam trilogi perjuangan partai yaitu demokrasi, kesejahteraan dan keamanan.
"Inilah yang menjadi DNA politik Partai Demokrat," lanjut Kamhar.
Menurut Kamhar, Moeldoko mencoba cara-cara kotor yang menggunakan buzzer untuk menyerang Partai Demokrat dengan isue ideologi.
"Penggiringan ini dilakukan secara sistematis namun terbaca dengan jelas, karena mereka memilih sasaran yang salah," katanya.
Dijelaskan bahwa model serupa mungkin efektif pada operasi terhadap ormas keagamaan yang rentan dan sensitif dengan isu ideologi, tapi tak relevan dan anakronis untuk diterapkan pada Partai Demokrat.
"Ada justifikasi yang kuat secara historis dan empiris yang membuat tuduhan ini hanya mungkin dilakukan oleh orang tolol terhadap Partai Demokrat," katanya.
Kamhar mengatakan Moeldoko tak mencermati komposisi pada kepengurusan DPP Partai Demokrat termasuk pimpinan-pimpinan partai di daerah.
"Sangat beragam, mengakomodir semua elemen bangsa. Keberagaman agama, etnis, profesi, jenis kelamin, suku, dan sebagainya," katanya.
Dijelaskan bahwa dalam kepengurusan dibelakang Ketua Umum Demokrat AHY banyak perwira-perwira menengah yang hijrah dari jalan pengabdian TNI ke jalan pengabdian politik karena kecintaan kepada NKRI yang sifat kesatria dan keperwiraannya masih terjaga, belum terkontaminasi kepentingan praktis seperti Moeldoko.
Banyak pula aktivis-aktivis dari beragam Organisasi Pemuda, Kelompok Cipayung plus yang merupakan kader-kader bangsa yang telah teruji rekam jejaknya dalam memperjuangkan, mengawal, dan menjaga demokrasi di negara kita tercinta.
"Karenanya tuduhan ini memberi alasan yang cukup untuk menduga Moeldoko terkena kutukan kedunguan akibat syahwat kekuasaan yang tak terkendali," katanya.
Lebih parahnya lagi, kata dia, isu ideologi ini disampaikan Moeldoko disaat negara kita sedang terluka dan berduka akibat teror bom bunuh diri di Makassar.
"Moeldoko sama sekali tak punya hati. Sebagai pejabat negara, ini sungguh keterlaluan. Malah mencoba mengeksploitasi peristiwa bom bunuh diri ini dengan penggiringan isu ideologi yang dilakukan para buzzer binaan kakak pembina," ujar Kamhar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.