KSP Minta Hentikan Pembentukan Opini Konspirasi Terkait Aksi Terorisme di Makassar
Jaleswari meminta semua pihak untuk mempercayakan penumpasan aksi teror kepada Kepolisian.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodhawardhani angkat bicara terkait tudingan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam laskar pembela Rizieq Shihab yang menilai bahwa temuan atribut Front Pembela Islam saat Densus 88 Antiteror Polri menggerebek terduga teroris di Jakarta dan Bekasi, adalah operasi intelijen.
Ia meminta agar tidak ada pembentukan opini-opini konspirasi tanpa bukti karena dapat melemahkan upaya penumpasan terorisme.
"Hentikan pembentukan opini-opini konspirasi yang justru akan melemahkan upaya-upaya kita untuk bersama-sama memerangi teror," kata dia kepada wartawan, Selasa (30/3/2021).
Baca juga: Rumah Terduga Teroris di Condet Digeledah Polisi, Ketua RW Lihat Ada Kartu Keanggotaan FPI
Baca juga: TP3 Sebut Temuan Atribut FPI dari Terduga Teroris Jakarta-Bekasi Bagian dari Operasi Intelijen
Jaleswari meminta semua pihak untuk mempercayakan penumpasan aksi teror kepada Kepolisian.
Sehingga, Indonesia tidak lagi diwarnai aksi teror yang menggangu stabilitas keamanan negara.
"Aksi teror di Indonesia nyata, tercatat 552 serangan teror (2000-2021), sebagian besar berhasil dibongkar oleh kepolisian antara lain juga melalui mekanisme pengadilan yang terbuka," katanya.
Tudingan TP3
Sebelumnya, Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam anggota pembela Rizieq Shihab, menilai temuan atribut Front Pembela Islam saat Densus 88 Antiteror Polri menggerebek terduga teroris di Jakarta dan Bekasi, adalah operasi intelijen.
Hal itu disampaikan tokoh TP3 Abdullah Hehamahua kepada wartawan, usai beraudiensi dengan Fraksi PKS DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/3/2021).
"Semua itu adalah operasi intelijen," kata Abdullah.
Abdullah menyebut temuan atribut FPI di kediaman terduga teroris, hanyalah upaya rekayasa untuk mengalihkan perhatian terhadap kematian 6 anggota FPI.
"Itu adalah operasi intelijen untuk mengalihkan perhatian terhadap TP3, mengalihkan perhatian terhadap HRS (Rizieq Shihab), maka ada bom."
"Coba anda perhatikan bom pagi, siang ditangkap."
"6 orang dibunuh (anggota FPI) sudah berapa bulan tidak tahu siapa pembunuhnya. Itu bukti operasi intelijen," ujarnya.
Abdullah mengklaim pihaknya sudah paham cara-cara intelijen beroperasi sejak zaman Orde Baru (Orba).
Menurutnya, hal-hal mengenai operasi intelijen itu secara gamblang telah diulas dalam sebuah buku karya Busyro Muqoddas.
"Kalau anda mau yakin, baca disertasi Dr Busyro Muqoddas tentang operasi Intelijen," tuturnya.