Sunenti Gemetar Ketakutan Saat Kilang Balongan Meledak: Kaki Saya Terasa Tidak Bisa Jalan
Saat kejadian, warga Desa Sukaurip blok Wisma Jati itu sedang berusaha mencari ayahnya yang telah dievakuasi ke Jalan Raya Balongan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, INDRAMAYU - Sunenti (42) tidak akan pernah melupakan detik-detik kilang minyak milik PT. Pertamina (Persero) yang berada di Kecamatan Balongan, Indramayu, Jawa Barat, meledak dahsyat pada Senin (29/3/2021) dini hari.
Saat kejadian, warga Desa Sukaurip blok Wisma Jati itu sedang berusaha mencari ayahnya yang telah dievakuasi ke Jalan Raya Balongan.
"Waktu kejadian itu saya mau jemput orang tua saya karena dia sudah duluan ke depan (Jalan Raya Balongan). Saya ke depan, sebelum di jalan raya, ternyata tangki (kilang minyak Pertamina di Balongan) itu sudah meledak," ujar Sunenti kepada tribunnews.com di kediamannya, Selasa (30/3/2021).
Ledakan dahysat Kilang Minyak Balongan milik Pertamina itu menghasilkan angin kencang yang menghujam sekujur tubuh Sunenti.
Saat itu posisi Sunenti sedang berada di rumahnya di Desa Sukaurip blok Wisma Jati.
Wanita yang juga seorang pedagang kelontong di depan Wisma Jati milik Pertamina itu lantas berlarian menjauhi sumber ledakan.
"Anginnya kencang banget sampai menerjang saya. Sampai saya itu takut, berlari-larian. Ada TNI juga engga menolong saya, saya sampai balik lagi. Dari jalan raya ke belakang lagi (Desa Sukaurip)," ingat Sunenti.
Sunenti mengatakan, ledakan Kilang Balongan teramat dahsyat sampai tidak bisa dia gambarkan.
Yang dia ingat hanya seluruh tubuhnya gemetar ketakutan serta kedua kakinya terasa tidak bisa berjalan.
"Gede banget ledakan itu. Gede lah intinya, saya tidak bisa menggambarkan. Sampai gemetaran, terasa kaki engga bisa berjalan, tapi saya kuat-kuatin," tutur Sunenti.
Jarak Sunenti dengan titik ledakan Kilang Balongan malam itu hanya ratusan meter.
Kata Sunenti, semburan api dari tangki yang meledak-ledak terlihat dekat sekali.
"Kurang tahu berapa ratus meter jarak saya, kurang paham juga. Tapi terlihat dekat banget apinya. Saya langsung lari," kenang Sunenti.
Seorang diri, Sunenti berlari meninggalkan Desa Sukaurip blok Wisma Jati yang hanya berjarak 500 meter dari Kilang Minyak Balongan Pertamina.
Saat api hasil ledakan kilang minyak terus menyembur dari tangki, barulah Sunenti menyadari bahwa dia adalah satu-satunya orang yang masih berada di Desa Sukaurip blok Wisma Jati.
Anggota TNI-Polri yang sebelumnya menjaga Wisma Jati dari amukan warga Desa Sukaurip, semuanya telah lari meninggalkan lokasi ledakan.
"Saya lari tanpa satupun (orang) yang membantu saya ataupun yang nyangking (gendong) saya. Kabur semuanya (TNI) dari situ (depan Wisma Jati). Ternyata orang di belakang saya itu sudah berlarian, cuma saya sendiri," ujar Sunenti.
Ada Demo Warga yang Dipicu Bau Limbah Gas
Sunenti menceritakan, jauh sebelum ledakan terjadi, warga Desa Sukaurip menggelar unjuk rasa di depan kantor Wisma Jati milik Pertamina.
Warga malam itu geram lantaran pemukimannya diselimuti bau limbah gas yang diduga kuat berasal dari salah satu tangki kilang minyak milik Pertamina.
"Benar, itu dari jam 11 malam. Bau gas makin terasa. Cuma tidak terlalu tajam, setelah jam 11 lebih itu baru tajam banget baunya. Karena saya jualan di sini, persis di depan Wisma Jati ini," tutur Sunenti.
"Penyebab demo itu bau minyak, tajam banget baunya sampai ke kamar," imbuh dia.
Sunenti sebenarnya sudah merasakan bau limbah gas sejak Minggu (28/3/2021) sore pukul 16.00 WIB, jauh sebelum warga Desa Sukaurip lainnya merasakan.
Wanita yang sehari-hari menjajakan berbagai macam makanan dan minuman itu mulanya tak menyadari bahwa bau gas tersebut berasal dari salah satu tangki kilang minyak Pertamina.
"Bau gas tercium sejak jam 4 sore. Waktu itu saya biasa saja karena sudah sering nyium bau gas. Tapi malam itu bau gas 'menyedak' ternyata saya keluar lagi itu gas di luar (dari Kilang Balongan)," tutur Sunenti.
Sunenti awalnya tidak meresahkan bau limbah gas yang dia rasakan.
Namun, sekira pukul 23.00 WIB, sebagian besar warga mengalami sesak nafas dan harus diungsikan.
Saat itu, anggota TNI dan Polri sudah tiba di Desa Sukaurip blok Wisma Jati.
Selain untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang berujung ricuh, anggota TNI-Polri juga mengevakuasi warga desa.
"Itu TNI sudah datang mengevakuasi warga," tutur Sunenti.
Hingga akhirnya, sekira pukul 00.30 WIB, perwakilan dari Pertamina melakukan mediasi dengan warga.
Namun, tak berselang lama, kilang minyak Balongan meledak dahsyat pada Senin (29/3/2021) dini hari, tepatnya pukul 00.45 WIB.