Wasekjen PAN: Perlu Penguatan Program Deradikalisasi BNPT Menyasar Generasi Muda
PAN meminta agar program deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu ditingkatkan, terutama menyasar ke generasi milenial.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWA.COM, JAKARTA - Wasekjen DPP PAN Farah Puteri Nahlia merasa prihatin melihat pelaku aksi teror berasal dari kalangan generasi muda, baik yang terjadi di depan Katedral Makassar maupun yang menyerang Mabes Polri.
Farah mengatakan, usia muda adalah usia harapan, harapan untuk menoreh masa depan.
Namun seiring dengan adanya fakta keterkaitan beberapa anak-anak dan remaja dalam pusaran terorisme tentu menjadi ancaman tersendiri sebagai bentuk kerawanan generasi.
Baca juga: Saat Bibir Ali Bergetar, Tak Menyangka Anaknya ZA Melakukan Aksi Teror di Mabes Polri
Anggota Komisi I DPR RI itu meminta agar program deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu ditingkatkan, terutama menyasar ke generasi milenial.
"Saya kira program BNPT terkait deradikalisasi serta pencegahan terorisme dan paham radikal intoleran perlu ditingkatkan terutama dengan mendorong penguatan pendekatan yang menyasar generasi muda," kata Farah kepada wartawan, Kamis (1/4/2021).
Farah mengatakan, pendekatan seperti Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang melibatkan kalangan pelajar yang telah dilakukan BNPT, perlu diperkuat dengan inovasi-inovasi pendekatan kreatif kontra radikal.
Baca juga: Mabes Polri Diserang Teroris Perempuan, Kapolri dan Anies Perintahkan Ini, Paspampres Siaga 24 Jam
Selain itu, implementasi UU No. 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi kata kunci untuk memastikan Bhineka Tunggal Ika masih menjadi pilar negeri sebagai manifestasi dari program deradikalisasi.
"Memang tugas BNPT tidak mudah, perlu keterlibatan berbagai stakeholder terutama sekolah dan perguruan tinggi untuk menyelaraskan komitmen kebangsaan di lingkungan generasi muda," ujarnya.
Selain BNPT, menurutnya peran Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menangkal terorisme ini juga sangat penting.
Mengingat bicara terorisme bukan sekadar bicara aspek fisik tindakannya, tetapi sebelum tindakan itu terjadi, pengaruh konten-konten bermuatan intoleransi dan radikalisme di dunia siber penting untuk dicegah.
Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi jangan sampai justru mengarah pada hal-hal yang negatif, destruktif terutama mendorong perilaku yang kontraproduktif terhadap integrasi nasional, persatuan dan kesatuan bangsa.
"Dalam konteks ini, upaya literasi digital dan optimalisasi patroli siber perlu dimaksimalkan," ujarnya.
Baca juga: Presiden Jokowi Perintahkan Panglima TNI, Kapolri, Hingga Kepala BIN Waspada
Lebih lanjut, sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, peran kiai juga dinilai sangat vital.
Farah menilai, pemahaman agama yang rahmatan lil alamin dengan spirit hablum minallah dan hablum minnas perlu dijunjung tinggi dan harus memahami betul makna yang dimaksud.
Sikap menghargai perbedaan dan mencintai kebersamaan (ukhuwah) perlu terus dilestarikan apalagi di kalangan muda.
"Terakhir, tentu saya mendorong dan mengingatkan seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Spirit kewaspadaan itu dimulai dari diri, keluarga sampai negara sebagai kerangka kewaspadaan nasional," ucapnya.
"Sekali lagi, persoalan terorisme seperti ini adalah musuh bersama, sinergi menjadi kekuatan utama untuk melawannya," pungkasnya.