Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fenomena Lone Wolf di Aksi Terorisme Seperti di Mabes Polri, Begini Analisa Doktor PTIK Dedy Tabrani

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan, pelaku penyerangan Mabes Polri oleh perempuan berinisial ZA adalah serangan lone wolf.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Fenomena Lone Wolf di Aksi Terorisme Seperti di Mabes Polri, Begini Analisa Doktor PTIK Dedy Tabrani
WARTAKOTA/Henry Lopulalan
Sejumlah pasukan Brimob bersiaga di atas motor membawa senjata di Kawasan Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (1/4/2021). Ledakan bom di Gereja Katdral, Makasar dan penembakan teroris di Mabes Polri membuat petugas keamanan meningkatkan penjagaaan di kawasan ibu kota. (WARTAKOTAHenry Lopulalan) 

“Maka inilah yang paling ditunggu-tunggu, karena tidak selamanya kesempatan untuk mendapatkan syahid terbuka lebar,” terangnya.

Kehadiran Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan juga organisasi-organisasi teroris lainnya dimanfaatkan oleh mereka dan dianggap sebagai momentum yang sayang jika dilewatkan.

Dedy melanjutkan, Kaum muda milenial mudah sekali dipengaruhi atau di indoktrinasi oleh gerakan-gerakan teroris karena mereka pada dasarnya adalah orang baru yang tidak memiliki cukup ilmu agama dan sedang berada di dalam situasi kekeringan spiritual yang akut.

Hal itu dimanfaatkan para ulama organik kekerasan dari jaringan teroris untuk menyebarkan ilmu agama secara gratis dan praktis dengan rujukan-rujukan yang yang jelas dan tegas melalui media sosial.

Tentunya penafsiran yang dilakukan oleh para ulama organik kekerasan ini adalah tafsir yang berasal dari kelompok keagamaan yang cenderung tekstual dan skripturalis.

“Penafsiran tunggal ini dipahami oleh anak muda milenial, hingga masuk ke dalam jebakan kelompok teroris,” ujar Dedy.

Tafsir tunggal ini kemudian memonopoli seluruh pemahaman world view kaum muda milenial yang direkrut melalui media sosial.

Berita Rekomendasi

“Monopoli penafsiran tunggal yang disebarkan oleh kelompok Jamaah Ansharut Daulah adalah monopoli ala Wahabi Takfiri yang sering mengkafirkan dan membid'ahkan orang-orang Muslim dan juga mereka menanamkan sikap kebencian kepada agama Kristen atau agama non muslim lainnya,” kata Dedy.

“Christophobia adalah sentimen kebencian kepada ada orang tempat ibadah dan dan institusi serta kitab-kitab Kristen,” sambungnya.

Kebencian ini, lanjut Dedy, kemudian di transformasikan sebagai ideologi yang di dalamnya memuat misi serta kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada penghancuran dan penyerangan terhadap orang-orang Kristen dan tempat ibadahnya.

Bagaimana cara untuk menanggulangi terorisme lone wolf? Menurut Dedy, salah satunya dengan mengaktifkan pemantauan melalui cyber police.

“Jika cyber police di Indonesia lemah dalam memantau perkembangan dan komunikasi dari kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah, maka kelompok ini akan menguasai dan membajak anak-anak muda Indonesia untuk menjadi tentara-tentara milenial yang dikendalikan secara online,” tegasnya.

Cara lainnya, kata Dedy, dengan menerapkan program kontra wacana atau counter discourse dalam tema-tema yang sering menjadi bahasan kelompok teroris.

“Tema-tema yang sering menjadi bahasannya adalah tentang jihad, Daulah Islamiyah, khilafah, baiat, perang qital, imamah, Al wala wal Baro (loyalitas dan melepaskan diri dari struktur thogut), dll,” papar Dedy.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas