Kedubes China Bantah Isu Penindasan Etnik Minoritas Uighur di Xinjiang
Kedutaan besar China di Jakarta, Indonesia (RI) angkat suara terkait laporan yang menyudutkan pemerintah China soal etnik minoritas Uighur di Xinjiang
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kedutaan besar China di Jakarta, Indonesia (RI) angkat suara terkait laporan yang menyudutkan pemerintah China soal etnik minoritas Uighur di Xinjiang.
Lewat sebuah pernyataan tertulis, Kedubes China menyebut laporan pemberitaan media RI yang dirilis dari sebagian media Barat menyerang dan memfitnah Tiongkok, serta menyesatkan publik Indonesia.
“Kami menyatakan keprihatinan atas hal ini, dan ingin menyampaikan klarifikasi terhadap informasi yang beredar,” mengutip keterangan Juru Bicara Kedubes China lewat situs pemberitaannya, Senin (5/4/2021).
Juru Bicara mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah kecil negara Barat memiliki motif politis untuk memusuhi Tiongkok.
Mereka menciptakan rumor bohong bahwa Tiongkok melakukan apa yang disebut penindasan etnik minoritas, pembatasan kebebasan beragama, dan lain-lain di Xinjiang.
“Setelah gagal mencapai tujuan politis mereka, mereka selanjutnya merekayasa rumor bohong yang absurd dan sama sekali tidak berdasar, seperti "genosida", "pemandulan paksa", dan "kerja paksa" di Xinjiang,” lanjutnya.
Jubir Kedubes China mengatakan Xinjiang adalah sebuah daerah otonom Tiongkok, yang sepanjang sejarahnya merupakan tempat dimana beragam etnik, budaya, dan agama selalu hidup berdampingan.
Baca juga: Warga Uighur Gelar Unjuk Rasa di Turki Saat Menteri Luar Negeri China Berkunjung
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, pembangunan ekonomi dan sosial di Xinjiang telah meraih pencapaian luar biasa.
Xinjiang juga mengalami perkembangan signifikan di bidang etnik, agama, dan budaya.
Namun pada saat bersamaan, Xinjiang juga menderita akibat aktivitas separatisme, ekstremisme, dan terorisme.
“Hakikat dari isu-isu terkait Xinjiang adalah masalah penanganan terhadap separatisme, terorisme, dan radikalisasi, dan sama sekali bukanlah masalah hak asasi manusia, etnik, atau agama,” katanya.
Menurut Jubir, sejumlah kecil negara Barat sengaja merekayasa rumor bohong terkait Xinjiang, dengan tujuan untuk menyesatkan masyarakat internasional, menghambat kemajuan Tiongkok, serta merusak hubungan persahabatan antara Tiongkok dengan negara-negara Muslim termasuk Indonesia.
Rival mereka disebut Kedubes China berupaya menghambat kemajuan pesat yang dialami Tiongkok dan negara-negara berkembang lainnya di dunia.
Dalam beberapa ratus tahun terakhir, negara-negara Barat yang memiliki keunggulan ekonomi dan teknologi telah menjarah dan menjajah banyak negara berkembang dalam waktu berkepanjangan.
Seiring dengan kemerdekaan dan pembangunan terus-menerus di negara-negara berkembang, negara-negara Barat menjadi mulai khawatir bahwa kepentingan mereka akan terganggu.
“Karena itu, mereka mengupayakan segala cara untuk menghambat kemajuan negara-negara berkembang, dengan menggunakan "kedok" seperti HAM, demokrasi, dan lain-lain,” ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.