Nadiem Makarim: Kalau Tidak Berani Ambil Risiko Mending Jangan Memimpin
Nadiem Makarim mengatakan sikap mau mengambil resiko diperlukan dan merupakan kriteria dasar dari kepemimpinan.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan sikap mau mengambil resiko diperlukan dan merupakan kriteria dasar dari kepemimpinan.
Sehingga dia menekankan jangan menjadi pemimpin jika tak berani mengambil resiko.
"Jadi buat saya, bagian dari melakukan perubahan, bagian dari perjuangan bagi masyarakat buat saya adalah berani mengambil resiko. Dan saya firm sekali, mungkin nggak semua orang setuju sama saya, tapi menurut saya kemampuan mengambil resiko adalah kriteria dasar dari kepemimpinan," ujar Nadiem, saat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi yang digelar Golkar Institute bertajuk 'Technological and Enviroment Change, and the Role of Youth in Indonesia's New Development Approach', Senin (5/4/2021).
Baca juga: Mendikbud Nadiem Tekankan Pentingnya Anak Muda Belajar Mencintai Belajar
"Kalau kita nggak berani mengambil risiko mending jangan memimpin. Menurut saya gitu, mohon maaf saya bicara blak-blakan tapi itu opini saya. Karena saya dididik seperti itu saat kecil," imbuhnya.
Saat kecil, Nadiem menceritakan dirinya tidak pernah bercinta-cita menjadi seorang entreprenuer seperti saat membangun PT Gojek Indonesia.
Begitu pula mengemban amanah menjadi menteri di Indonesia tak pernah menjadi cita-cita Nadiem.
"Saya nggak pernah punya cita-cita menjadi entreprenuer, dan saya nggak pernah punya cita-cita jadi menteri. Jadi mohon maaf kalau sedikit mengecewakan, tapi saya benar-benar dari kecil itu nggak pernah punya cita-cita menjadi itu," ungkapnya.
Baca juga: Nadiem: Kenyataannya Kita Harus Hidup dengan Virus Ini
Namun, Nadiem mengatakan dirinya selalu ingin membangun sesuatu sejak kecil.
Menurutnya keinginan itu terbentuk saat dirinya memainkan permainan memasang-masang atau merakit Lego.
Akan tetapi dia secara sadar mengaku bosen mengikuti instruksi pemasangan di Lego. Sehingga dirinya pun merakit Lego tersebut dengan keinginan sendiri.
"Tapi saya dari kecil selalu ingin membangun sesuatu. Jadi nggak tau itu apa cita-cita entreprenuerial ya, tapi bawaannya saya dari kecil obsesi dengan Lego. Tetapi setiap kali ada instruksi dari Lego-nya saya udah bosen ngikutin instruksinya. Kalau udah jadi, saya pretelin lagi Lego-nya, saya mau buat sesuatu yang beda yang mau saya bikin sendiri. Jadi dari kecil itu saya bawaannya kepengen mendekonstruksi sesuatu untuk membuat sesuatu yang menurut saya lebih baik," jelasnya.
Baca juga: Nadiem: Orangtua Boleh Putuskan Anak Ikut Sekolah Tatap Muka atau Tetap PJJ
Selain itu, Nadiem mengaku bahwa orang tuanya sudah mendidiknya secara ekstrem sejak dirinya kecil. Dia menceritakan orang tuanya tak memperdulikan nantinya Nadiem mendapat penghasilan atau bekerja sebagai apa.
Terpenting, kata Nadiem, orang tuanya menekankan akan menghormati dirinya sebagai anak jika berkontribusi untuk negara atau masyarakat.
"Jadi apapun bidang yang kamu lakukan, bisnis, pemerintah, apapun itu yang penting dampaknya pada masyarakat, positif apa negatif. Dan bawaannya itu perjuangan gitu. Kakek saya berjuang d indepence day, orang tua saya aktivis, Jadi bawaan value system keluarga saya itu sudah berjuang. Jadi kalau saya nggak berjuang, dan definisi berjuang disini nekat, kalau nggak berani mengambil resiko ya nggak usah berjuang," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.