Sosok Umbu Landu Paranggi di Mata Cak Nun: Guru yang Baik dan Gemar Berpuasa
Sosok Umbu Landu Paranggi bagi(Cak Nun) merupakan sosok yang tidak memiliki nafsu duniawi dan tahan berpuasa, hingga berpuasa dihari lahir Cak Nun
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Sosok Umbu Landu Paranggi bagi Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) merupakan sosok yang tidak memiliki nafsu duniawi dan tahan berpuasa.
Dikutip dari YouTube channel Pengajar Digital pada tayangan 'Cerita Tentang Gurunya Cak Nun, Umbu Landu Paranggi', Selasa (6/4/2021), Cak Nun mengungkapkan kekagumannya pada Umbu.
Sosok pria yang dikaguminya itu ternyata berpuasa di setiap tanggal 27 yang diketahui merupakan hari lahirnya Cak Nun yakni 27 Mei 1953.
Cak Nun mejelaskan Umbu selama ini berpuasa pada hari lahirnya sudah lebih dari puluhan tahun.
"Nggak ada dalam sejarah sama seperti dia (Umbu). Wong kok tahanmen nek ra bernafsu, tahan tidak mau dunia, tahan berpuasa (red- Orang kok tahan sekali kalo tidak bernafsu)."
"Dan dia memasani saya setiap tanggal 27. Ternyata berpuluh-puluh tahun dia masani aku, aku dewe ratau poso lho (red-Ternyata berpuluh-puluh tahun dia berpuasa untukku, aku sendiri tidak pernah puasa lho)."
"Pas ulang tahunku, dee masani aku kagum aku yoan, edan ki masani aku (red- Waktu ulang tahunku, dia berpuasa untukku, aku kagum juga, gila nih berpuasa untuuku)," ungkap Cak Nun.
Baca juga: Penyair Umbu Landu Paranggi Meninggal Dunia di Bali
Cak Nun juga mengatakan Umbu adalah sosok guru yang baik dalam hidupnya.
Bagi Cak Nun, Umbu adalah guru yang baik yang menemaninya dalam mengembangkan diri.
"Guru yang baik bukan mulang (ngajar), guru yang baik itu menemani potensi manusia untuk berkembang subur," kata Cak Nun.
Umbu sangat berjasa dalam proses pematangan kehidupan Cak Nun di usia remaja.
Informasi ini didapat dari tulisan Cak Nun dalam rubiknya yang bertajuk 'Mi’raj Sang Guru Tadabbur' pada Selasa (6/4/2021) yang berisi ungkapkan dukanya atas kepergian Umbu.
"Innahu lillahi wa innahu ilaihi roji’un. Kalimat itu saya tambahi akhiran “hu” karena saya memerlukan catatan setandas-tandasnya tentang kepergian hamba Allah yang amat sangat berjasa memproses pematangan hidup saya di usia remaja pada era 1970-an," tulis Cak Nun.
Diketahui, Umbu (77) meninggal dunia pada Selasa (6/4/2021) sekira pukul 03.00 WIB di RS Bali Mandara.
Sebelumnya, Umbu dikabarkan tidak makan apapun sampai dua hari kemudian harus dirawat di ruang ICU Rumah Sakit.
Cak Nun lantas menuliskan bahwa dirinya belum pernah bertemu dengan orang se'rohani' itu saat membagikan ceritanya melalui tulisan di rubik ini.
"Umbu menghadap Allah dalam keadaan berpuasa dari dunia, sebagaimana hampir seluruh usianya ia jalani dengan lelaku puasa atas berbagai tipuan kemewahan keduniaan, dengan kadar dan bentuk yang saya belum pernah menyaksikannya pada siapapun lainnya," tulis Cak Nun.
Dalam rubik lain yang berjudul 'Presiden Malioboro', Cak Nun mengenali Umbu sebagi seorang 'zuhud' yang senantiasa berpuasa dari segala gemerlapnya duniawi.
"Saya mengenalinya sebagai “zuhud”: berpuasa dari kemewahan dan gegap gempita dunia. Ia meninggalkan harta, kekuasaan, wanita, kemasyhuran dan menyimpan uang dalam bungkusan plastik dipendam di tanah," ungkapnya.
Baca juga: 7 Sastrawan Terima Anugerah Sastera Rancage 2021
Baca juga: Penyair Berpuisi dan Berderma APD untuk Tenaga Medis Atasi Corona
Karya
Selama masa hidupnya, sosok Umbu dikenal sebagai sastrawan.
Namun demikian sepengetahuan Cak Nun, Umbu tidak pernah menerbitkan satu buku maupun kumpulan puisi meskipun dirinya mampu dalam hal itu.
Diceritakan Cak Nun dalam tayangan YouTube Pengajar Digital, karya-karya sastra Umbu pernah akan dimuat dalam Majalah Horison.
Jaman dulu jika karya tulisan seorang dimuat di Majalah Horison berarti seseorang tersebut telah mencapai puncak dari tujuan sastrawan.
Sehingga, sebegitu 'rohani' nya Umbu bagi Cak Nun.
Melalui unggahan tulisan Cak Nun, dirinya mengungkapkan rasa syukur telah dipertemukan dengan sosok guru seperti Umbu Landu Paranggi.
"Syukur kepada Tuhan yang memperkenankan saya berjumpa dengan Umbu Landu Paranggi. Satu-satunya orang yang pernah digelari sebagai Presiden Malioboro oleh media massa, kalangan intelektual, aktivis kebudayaan 42 tahun yang lalu," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)