Korban Banjir di NTT akan Dapat Santunan, Meninggal Rp 15 Juta, Luka-luka Rp 5 Juta
Kementerian Sosial akan memberikan santunan kepada korban meninggal dan luka-luka akibat bencana alam di sejumlah wilayah Provinsi NTT.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah melalui Kementerian Sosial akan memberikan santunan kepada korban meninggal dan luka-luka akibat bencana alam di sejumlah wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu disampaikan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dalam konferensi pers terkait secara virtual, Senin (5/4/2021) malam.
"Pemerintah akan memberi santunan (korban meninggal) masing-masing sebesar Rp 15 juta," ungkap Risma.
Sementara itu untuk korban luka-luka akibat bencana alam ini juga akan diberikan santunan dari pemerintah.
"Korban luka-luka, kami akan memberikan santunan masing-masing Rp 5 juta," ucap Risma.
Baca juga: Penanganan Bencana di NTT, Doni Monardo Ingatkan Upaya Pencegahan Penularan Covid-19
Baca juga: Info BMKG, Selasa 6 April 2021: Waspada Gelombang Tinggi hingga 9 M di Samudra Hindia Selatan NTT
Selain santunan, Risma juga menyebut pihaknya akan mendata rumah-rumah dengan kondisi rusak.
Nantinya akan diputuskan bersama, mana yang harus dibantu dan tidak.
Sementara itu dikutip dari laman kemensos.go.id, dana lebih dari Rp 2,6 miliar telah disalurkan untuk memenuhi kebutuhan dasar korban bencana alam di NTT.
Mensos Risma juga direncanakan hadir untuk memastikan penyintas bencana di NTT mendapatkan kebutuhan dasarnya.
Sementara itu Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Syafii Nasution menyatakan, Kemensos turut aktif menangani bencana banjir bandang dan longsor di Flores Timur dan Lembata, NTT.
“Bersama unsur-unsur terkait, Kemensos melalui Taruna Siaga Bencana (Tagana) mengambil peran dalam penanganan bencana,” ungkapnya, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Presiden Jokowi Instruksikan Gerak Cepat Penanganan Bencana NTB dan NTT
Dalam penanganan bencana, Tagana bersinergi dengan unsur-unsur terkait.
“Termasuk tentu saja melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial di wilayah terdampak bencana tentang aktivitas penanganan dan mengamati situasi terkini,” Syafii menambahkan.
Di kawasan bencana, kata Syafii, Tagana bertugas melakukan pendataan korban, evakuasi korban ke tempat aman khususnya kepada kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok khusus lainnya.
Tagana juga membantu melakukan pendistribusian logistik untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana banjir.
“Logistik bersumber dari Gudang Dinas Sosial Provinsi NTT dan Gudang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur serta belanja langsung,” katanya.
Tagana juga melakukan pendataan ahli waris korban meninggal dunia dan Luka-luka untuk pemberian santunan.
Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Tidak Tetapkan Banjir Bandang NTT Sebagai Bencana Nasional
Update Korban
Sementara itu, menurut data hingga Senin (5/4/2021) malam, Doni menyebut sebanyak 84 orang korban meninggal dunia dan 71 orang masih dinyatakan hilang pada bencana banjir bandang di NTT.
"Suatu angka yang besar sekali," kata Doni.
Doni menambahkan, langkah awal yang dilakukan oleh tim di lapangan mulai dari Pemerintah Daerah, Kementerian Kesehatan, relawan lokal untuk mencari dan menemukan jenazah yang masih belum ditemukan.
Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem! BMKG Deteksi Dua Bibit Siklon Tropis, Ini Dampaknya Bagi Indonesia
Bibit Siklon Tropis
Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya siklon tropis pada Senin (5/4/2021) pukul 01.00 WIB dini hari.
Adapun siklon ini berkembang dari bibit siklon yang sudah dideteksi sejak 2 April 2021 lalu.
"Saat bibit saja sudah menimbulkan bencana, apabila benar-benar menjadi siklon, maka dikhawatirkan akan meningkatkan tingkat risikonya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Minggu (4/4/2021).
Masyarakat terutama yang ada di NTT, dikatakan Dwikorita, diminta waspada terhadap cuaca buruk yang akan terjadi dan masih berlanjut.
"Jadi BMKG sebagai Jakarta Tropical Cyclone Warning Center sejak 2 April sudah mendeteksi adanya bibit siklon tropis 99s yang mulai terbentuk di sekitar Laut Sawuh NTT," lanjutnya.
"BMKG telah mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem sebagai dampak dari bibit siklon tersebut sejak 2 April yang lalu," tambah Dwikorita.
Berita lain tentang cuaca ekstrem di Indonesia timur
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Fransiskus Adhiyuda Prasetia/Reza Deni)