Kata Mantan Napi Terorisme: Sekarang Belajar Bikin Aksi Teror Cukup dari Media Sosial
Di masa lalu, kata dia, para teroris harus berkoordinasi dengan kelompoknya sebelum melakukan aksi teror.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin

Sofyan mengatakan paham tersebut terlihat di antaranya dari pesan untuk menjauhi riba yang dikorelasikan dengan bank.
Hal tersebut disampaikannya dalam Diskusi Online bertajuk Anak Muda dan Terorisme yang digelar Partai Solidaraitas Indonesia pada Senin (5/4/2021).
Baca juga: Nyanyian para Terduga Teroris: Buat Bom dari Uang Infaq, Incar Pom Bensin dan Pipa Gas Pengalengan
Baca juga: Terduga Teroris Nabil Aljufri Rencanakan Ledakan Bom di Pom Bensin, Sudah Siapkan Tim Senyap
"Kita bisa lihat bagaimana Zakiah Aini maupun si Lukman pada bom Makassar."
"Itu juga terlihat daripada salafi jihadinya itu misalnya jangan ikut pemilu, bahwa pemilu melahirkan hukum-hukum buatan manusia."
"Kemudian melahirkan kemusyrikan, jauhi riba, dan lain sebagainya, ini kan narasi-narasi yang sebetulnya dikembangkan oleh kelompok fenomena hijrah," kata Sofyan.
Sofyan menjelaskan kelompok tersebut meyakini untuk memahami Al Quran dan Hadits bisa dilakukan tanpa harus memiliki perangkat keilmuan yang cukup.
Pola beragama tersebut, kata Sofyan, tampak dari sebagaian masyarakat urban yang enggan mengaji dan mengkaji Al Quran dan Hadits secara urut dan runut.
Sofyan jug mengatakan kebanyakan para teroris tidak memiliki mazhab atau referensi keilmuan.
Bahkan sebagaian, kata Sofyan, bersikap anti mazhab.
"Nah mereka, masyarakat urban ini kan tidak pernah belajar mengaji runut dan urut."
"Sehingga mereka lagi-lagi salah paham. Ini dimulai dari sini sebetulnya," kata Sofyan.