2 Jam Rekaman Percakapan Kecelakaan Sriwijaya SJ 182 Berhasil Diunduh
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berhasil mengunduh data cockpit voice recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berhasil mengunduh data cockpit voice recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC.
Pesawat nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada (9/1/2021) lalu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan dari hasil pengunduhan didapatkan rekaman percakapan selama 2 jam termasuk percakapan saat mengalami kecelakaan.
CVR pesawat yang ditemukan pada 30 Maret 2021 tersebut berisi empat saluran audio. Termasuk juga rekaman pilot yang membawa pesawat tersebut.
"KNKT berhasil mengunduh seluruh 4 channel dari CVR, akan tetapi channel 4 pada CVR mengalami gangguan," ujar Soerjanto dalam keterangan tertulis, Selasa (13/4).
Berdasarkan rekaman tersebut, kata dia, telah menambah data penting bagi investigasi yang hasilnya akan disampaikan dalam laporan akhir (Final Report).
Soerjanto memaparkan rangkaian investigasi kecelakaan yang alami oleh PT. Sriwijaya Air pada 9 Januari 2021 dalam rute penerbangan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta tujuan Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak tersebut.
Ia menjelaskan tiga hari pasca terjadinya kecelakaan yaitu pada tanggal 12 Januari 2021, Flight Data Recorder (FDR) telah ditemukan dan hasil data yang telah diolah oleh KNKT telah diumumkan kepada publik melalui laporan awal investigasi (preliminary report) pada tanggal 10 Februari 2021.
Sampai dengan berakhirnya proses pencarian para korban SJ-182 yang dipimpin oleh Basarnas pada tanggal 22 Januari 2021, CVR belum ditemukan.
"Untuk itu, KNKT melanjutkan proses pencarian CVR di sekitar area ditemukannya FDR. Tanggal 26 Januari 2021 sampai dengan tanggal 14 Februari 2021, tim KNKT bersama dengan tim penyelam dari Pulau Pari (Kepulauan Seribu) melanjutkan pencarian CVR dengan pembuatan perimeter 50 x 50 meter di bawah air oleh para penyelam," tuturnya.
Proses pencarian CVR, kata Soerjanto, melibatkan metode penyemprotan lumpur di sekitar penemuan FDR oleh para penyelam, namun demikian proses ini tidak mendapatkan hasil.
"Kendala utama dalam proses pencarian CVR ini adalah cuaca dan jarak pandang yang terbatas di bawah air," ujar Soerjanto.
Tanggal 15 sampai dengan 21 Februari 2021, tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air TNI AL (Dislambair TNI AL) bergabung dalam tim penyelam.
Proses pencarian masih dengan menggunakan metode visual. Pencarian ini juga tidak mendapatkan hasil karena kendala cuaca dan jarak pandang di bawah air.
Baca juga: Penemuan CVR SJ-182 Memudahkan KNKT Ungkap Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air
Tanggal 22 Februari sampai dengan tanggal 12 Maret 2021, tim KNKT berkoordinasi dengan pihak PT. Sriwijaya Air untuk penggunaan metode penyedotan lumpur atau Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) oleh kapal King Arthur 8 yang saat itu masih berada di Teluk Lamong (Pacitan) Jawa Timur.
Sebelum pelaksanaan penyedotan lumpur, tim penyelam yang dipimpin oleh KNKT melaksanakan penyelaman untuk pembersihan area dengan mengangkat puing-puing pesawat yag terlihat sekaligus melakukan pencarian dengan metode visual.
Tanggal 15 Maret 2021, tim penyelam (termasuk penyelam dari Pulau Pari dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu) melaksanakan pembersihan area.
Tanggal 25 Maret 2021, kapal TSHD King Arthur 8 sampai di perarian pulau Lancang Kepulauan Seribu. Mulai tanggal 25 Maret 2021 pencarian CVR dilakukan dengan cara penyedotan lumpur oleh kapal TSHD King Arthur 8 dengan area yang diperbesar yaitu 90 x 90 meter.
Tanggal 30 Maret 2021 jam 20.05 WIB, CVR tersedot dari bawah air dan ditemukan di penampungan serpihan kapal TSHD King Arthur 8. Hingga saat ini, proses investigasi masih terus dilakukan oleh tim KNKT disertai dengan proses penelitian yang mendetail.
"Setelah ditemukannya semua bagian black box ini memberikan titik terang untuk dapat mengusut penyebab terjadinya kecelakaan yang meluluhlantakkan seluruh isi pesawat agar kecelakaan dengan penyebab yang sama tidak kembali terulang di kemudian hari," kata Soerjanto.
Pesawat Sriwijaya SJ 182 rute Jakarta-Pontianak diketahui jatuh di perairan Kepulauan Seribu hanya empat menit setelah terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pada 9 Januari lalu.
Pesawat itu membawa total 62 penumpang dengan rincian, enam awak pesawat aktif. Kemudian 56 penumpang, terdiri dari 40 dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga balita.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.